Thursday, December 28, 2017

Mencoba Sex Dengan Singa



Namaku Sisilia, panggilanku Lia namun banyak juga yang menyapaku Sisilia. Kuingin cerita seks soal pengalaman seks dewasaku yang belom terlupakan sampai saat ini. Yaitu pengalaman seks bersetubuh dengan hewan.  Usiaku 28 tahun dengan tinggi badan 170 cm. Sehari-hari aku magang di Kebun Binatang Surabaya (KBS) sesuai dengan statusku sebagai dokter hewan lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Aku bukanlah satu-satunya dokter hewan di KBS, masih ada empat orang dokter hewan lainnya dan aku termasuk yang paling muda di antara mereka. Hanya ada seorang dokter hewan cowok di KBS, dan aku paling cantik di antara ketiga dokter hewan cewek yang bertugas di KBS. Walau usiaku paling muda di antara mereka namun aku tetap masih kalah lincah bila dibandingkan dengan mereka. Bukannya karena fisikku cacat namun dikarenakan busana yang kukenakan sehari-hari membuatku tidak selincah mereka yang menggunakan celana panjang selama bertugas sehari-hari. Aku tidak terbiasa memakai celana panjang sehingga penampilanku memang jadi terkesan feminin sekali.
Sehari-hari aku terbiasa memakai rok mini yang bawahannya lebar sedangkan bagian atasan aku lebih suka memakai T Shirt tanpa lengan yang lebih cocok disebut singlet. Namun kalau saat bertugas aku lebih suka memakai hem longgar lengan pendek, karena kalau aku menggunakan T Shirt tanpa lengan waktu bekerja, selain terlihat kurang sopan, juga bisa membuat orang lain khususnya cowok rekan kerjaku tidak bisa bekerja
dengan tenang. Kegemaranku berpakaian ini disebabkan karena keseharianku yang selalu tampil tanpa BH. Memang sejak kecil aku tidak terbiasa dan tidak suka memakai BH hingga saat ini kebiasaan tersebut masih terbawa-bawa, dan jangan heran kalau sampai dengan saat ini pun aku sendiri tidak mengetahui ukuran payudaraku yang montok dan sintal, karena aku memang tidak pernah membeli BH. Bentuk payudaraku memang indah dan ranum walaupun ukurannya sedang-sedang saja. Warna puting susuku yang merah muda dan sedikit kecoklatan ini membuatku lebih percaya diri walau tidak pernah mengenakan BH. Koleksi CD-ku cukup banyak dengan aneka warna, namun modelnya hanya dua macam, yaitu model G String dan model berenda yang mini sekali. Antara kedua model itu bentuknya sama satu sama lain, hanya saja yang satu terbuat dari seutas tali nylon dan yang yang satu lagi terbuat dari renda yang lebarnya tak lebih dari sebuah jari saja. Cara mengenakannya cukup dilingkarkan di pinggangku, kecuali yang G String ada ikatannya di sisi kanan kiri pinggangku. Selebihnya tersambung di bagian belakang pinggang terus turun ke bawah melalui celah belahan pantatku, melilit melewati selangkanganku, terus ke depan dan tersambung dengan secarik kain sutera tipis berbentuk segi tiga yang hanya berfungsi menutupi liang vaginaku hingga bulu-bulu kemaluanku tidak mampu tertampung semua.

Ujung-ujungnya yang lembut tersembul keluar dan terkadang menimbulkan rasa geli saat aku melangkah karena ujung-ujung bulu kemaluanku itu tadi menggesek-gesek lipatan pangkal pahaku. Tak jarang aku juga merasakan kalau lipatan ujung CD-ku agar tergesek ke samping saat kukenakan dan akibatnya sebelah bibir vaginaku jadi tersembul keluar, untung saja masih ada rok miniku yang menutupinya. Dengan model penampilanku yang demikian, aku tidak bisa berkeliling area KBS naik sepeda seperti rekan-rekanku lainnya. Saat mengontrol dari satu kandang ke kandang lainnya, aku terpaksa harus tetap berjalan kaki saja, sekalian agar sehat, pikirku. Namun apa bila ada panggilan yang bersifat emergency, dari kandang yang agak jauh dari klinik apa bila ada hewan yang sakit maka mau tidak mau aku harus bergegas juga dengan menggunakan sepeda yang memang telah disediakan untuk transportasi petugas di dalam KBS. Tentunya yang senang adalah para pengasuh hewan (keeper) yang berjaga di kandang-kandang yang kulewati, termasuk para pengunjung dan pemilik kios dimana aku lewat, karena mereka dapat tontonan gratis melihat pahaku yang mulus terbuka lebar saat aku mengayuh sepeda melintasi mereka. Itulah sedikit ilustrasi tentang diriku, yang kuceritakan kembali untuk mengawali kisahku yang baru ini. Sudah tiga bulan ini aku mendapat tugas mengasuh dua ekor anak singa yang baru saja melahirkan tapi induknya enggan mengasuh anaknya sehingga kami para tim medis memutuskan agar anak singa tersebut segera dipisah dari induknya dan dirawat di ruang karantina yang letaknya berhadap-hadapan dengan klinik kesehatan hewan. Mungkin karena dianggap paling yunior di antara mereka, maka oleh para dokter hewan senior aku ditugaskan mengasuh dan memberikan susu pada kedua bayi singa tersebut. Tugasku adalah memberikan susu setiap dua jam sekali, termasuk menggendongnya keluar untuk berjemur setiap pagi. Maka tak heranlah kedua anak singa ini menjadi sangat manja dan jinak sekali denganku. Saat ini kedua anak singa tersebut usianya sudah tiga bulan dan frekwensiku memberikan susu pun jaraknya sudah mulai berkurang, sekarang sudah menjadi setiap empat jam sekali tetapi volume susu yang diminumnya juga sudah lebih banyak lagi. Keduanya tumbuh sehat dan juga sudah bisa meloncat sana sini sambil berlari kecil dengan riangnya. Waktuku belakangan ini jadi lebih banyak tersita untuk berada di ruang karantina merawat kedua bayi singa yang lucu ini. Kalau pada awal-awalnya aku harus memangku mereka dan memberikan minum susu dari dot, kini mereka sudah bisa minum sendiri dari mangkuk yang kusodorkan. Keduanya langsung menjilati isi mangkuk dengan rakusnya, tak butuh waktu lama untuk menghabiskan semangkuk susu yang kuberikan. Pagi ini aku seperti biasanya begitu sampai di KBS langsung datang ke ruang karantina untuk mengunjungi dua ekor singa anak asuhku. Mereka meloncat kesana kemari dengan gembiranya menyambut kedatanganku. Langsung saja kubuatkan susu yang kuseduh dengan air hangat dan kuletakkan dalam mangkuk kemudian kusodorkan pada mereka. Sambil berjongkok di hadapan mereka, kuperhatikan keduanya melalap habis susu dalam mangkuk yang kuberikan, dan dalam waktu sekejap saja mereka telah menjilat habis susu itu. Lalu keduanya memandangku seakan ingin minta tambah. Dan matanya kemudian memandang heran ke selangkanganku yang terbuka saat aku berjongkok. Mungkin mereka terheran-heran melihat gundukan daging yang tersembul di tengah-tengah pangkal pahaku.


Naluri ingin tahunya sangat kuat hingga mereka merangkak maju dan mengenduskan hidungnya di selangkanganku. Hidungnya mendekati dan mencium bagian luar vaginaku hingga dapat kurasakan hembusan napasnya yang menerpa lipatan pangkal pahaku. Aku sedikit ragu dan ingin segera berdiri, namun niatku segera kuurungkan saat terasa ada sesuatu yang kasar dan lunak mengelus bagian luar vaginaku. Rupanya si anak singa tadi menjilati CD-ku sebagai perwujudan rasa ingin tahunya. Hal ini membuatku terangsang karena jilatan tadi ternyata menyentuh sebelah bibir vaginaku yang kebetulan menyembul keluar dari ujung lipatan secarik kain sutera yang menutupi bagian liang vaginaku itu. Pelan-pelan tanganku memasuki rok miniku untuk melepas ikatan CD di samping kiri kanan pinggangku. Rok miniku dengan bawahan longgar itu terbuka lebar saat aku berjongkok sehingga tidak menyulitkanku untuk melakukan aktifitas tersebut. Dengan sekali tarik maka terlepaslah sudah dan penutup vaginaku pun tertanggal begitu saja. Kedua ekor anak singa itu tetap berebutan menjilati sekitar selangkanganku. Secara bergantian mereka menjilati pangkal pahaku, dan yang paling disukainya adalah menjilati bagian vaginaku yang langsung membasah karena aku begitu terangsang oleh jilatannya. Aku sudah tidak mampu untuk berjongkok lebih lama lagi hingga aku pun terjengkang duduk di lantai. Lama kelamaan aku pun sedikit merebahkan badanku. Pinggangku kujadikan tumpuan untuk menumpu tubuhku, kakiku kuangkat dengan bantuan tanganku di pangkal lutut. Kukangkangkan selebar mungkin untuk memberikan sedikit ruang gerak agar kedua ekor anak singa ini lebih leluasa lagi menjilati sekitar selangkanganku. Cairan bening yang terus mengalir keluar dari dalam liang vaginaku membuat keduanya lebih rakus lagi menjilati bagian luar vaginaku, mungkin karena rasanya yang sedikit asin hingga membuat mereka berdua lebih bergairah, karena secara teoretis semua hewan suka merasakan sesuatu yang rasanya sedikit asin. Kuletakkan kedua kakiku di lantai dengan posisi tetap mengangkang sedangkan tangan kiriku menopang ke lantai agar badanku tidak terjengkang di lantai sementara tangan kananku membuka kancing bagian atas hemku yang longgar. Tanganku kususupkan ke dalam hemku meraih dan meremas payudaraku yang sudah mengeras pertanda birahiku sudah mencapai puncaknya. Kupilin-pilin puting susuku dengan jari sehingga aku menggelinjang dan bulu kuduk di belakang leherku seakan berdiri semua rasanya. Sementara itu kedua ekor anak singa ini terus menerus secara bergantian menjilati vaginaku yang sudah sejak tadi tanpa ditutupi oleh sehelai benang pun. Lidahnya yang kasar tetapi lunak itu menjilati bibir-bibir vaginaku dari bawah hingga ke atas secara teratur. Tak jarang jilatannya yang mengandung sedikit tekanan ke vaginaku ini mengenai ujung-ujung klitorisku. “Hzz.. Zzt! Hzz.. Zzt! Hzz.. Zzt!” Hanya suara itu yang bisa keluar dari mulutku berulang-ulang menahan gejolak kenikmatan yang mengalir dari pangkal pahaku, terus mengalir ke atas sampai ke ubun-ubun kepalaku. Aku sudah pernah mendapatkan jilatan di vaginaku, namun jilatan yang kurasakan kali ini lain dari pada yang lain. Lidah-lidah anak singa ini lemas, lunak dan sedikit kasar saat menyentuh bibir vagina dan ujung klitorisku. Tiba-tiba ada semacam ledakan dahsyat di bagian pangkal pahaku. Badanku tiba-tiba menggigil dan sedikit kejang, diiringi tumpahnya lahar pelumasku keluar dari dalam rahim menuju ke liang vaginaku. Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Tzee.. Eerrt! Aku dapat merasakan semburan lahar hangat yang deras sekali hingga merembes keluar menembus melalui lubang vaginaku. Cairan lendir pelumasku serta merta langsung saja dijilat oleh kedua ekor anak singa ini bergantian. Dengan rakusnya mereka menjilati vaginaku hingga tetes terakhir hingga vaginaku menjadi bersih dan kering kembali. Aku menarik napas panjang melepas sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kualami. Aku tanpa sengaja mendapatkan suatu pengalaman baru dalam menyalurkan hasrat sex-ku, mungkin tidak semua wanita di dunia ini beruntung dapat mengalami dan merasakan hal-hal yang pernah kualami dalam dunia kenikmatan sex. Aku pun tahu bahwa seandainya pengalamanku ini kuceritakan di situs 17Tahun.com pasti banyak pembaca yang tidak akan percaya begitu saja dengan pengalamanku yang satu ini. Namun bagiku itu tidak penting, yang penting bagiku adalah bagaimana aku bisa berbagi dengan menceritakan pengalamanku dengan apa adanya lewat situs ini. Aku pun tidak berani mencoba-coba untuk mengulangi peristiwa itu lagi, karena kedua anak singa ini walau bagaimanapun juga mereka tetap termasuk dalam golongan binatang buas pemakan daging. Aku khawatir bahwa pada suatu saat kelak tanpa kusadari akan ada bagian di selangkanganku yang iritasi karena jilatannya. Hal ini akan berbahaya sekali karena biasanya binatang buas paling tidak tahan mencium bau darah, mereka akan jadi beringas dan penciuman mereka cukup tajam untuk hal yang satu itu.


Wednesday, December 27, 2017

Vera : Memulai Eksibisionis Bersama "Burung" Kecilku



Namaku vera, tinggi 160, proporsi badan yg agak mengesalkan karena aku terbilang kurus naamun kudu make bra ukuran 34D, perbandingan timpang antara dada dan postur. Sekedar intermezo, aku punya 2 orang teman dekat, dan keduanya cukup suka berekebisionis, jijik awanya bagiku. Memamerkan badan didepan orang asing, aneh. Namun satu kejadian mengubah pandanganku. ini kejadian ketika aku kuliah, sekitar 4 taun lalu. Selasa sore, aku baru pulang kuliah dengan motor kesayangnku, tetiba dijalan hujan cukup deras, kupacu motor lebi cepat agar bisa segera sampai rumah. Sesampainya depan pagar, aku turun dari motor, dengan pakaian yg kuyup kubuka pagar rumahku. Ketika itu aku memakai rok diatas lutut, dan kemeja yg cukup ketat. Setelah pagar terbuka, kumasukan perlahan mottorku, namun sial lantai terasku
terbuat dari kramik dan licin ketika hujan. Ketika kugas motor tersebut meleset dan jatuh menimpaku, sebelah kakiku terjepit. Sakit sekali trasanya. Aku bahkan tak kuat mendorong motor itu dari atas tubuhku. Yg kulakukan hanya berteriak meminta pertolongan, berharap ada yg datang segera. Tetiba kulihat sekelompok anak SMP, sekitar lebih dari 5 orang. Mereka nampak berbincang sesuatu. Ternyata hanya 3 anak yg menghampiriku dan menolongku, yg lainnya berlarian entah kemana.sial anak jaman sekarang..pikirku

Ketika itu aku tak sadar bahwa rokku tersingkap amat tinggi hingga ketika mereka mendirikan motorku, mereka dengan bebas dapat melihat pangkal pahaku. Ingin marah rasanya melihat tatapan panas mereka, namun mau gimana lg, kalo tak ada mereka entah sampai kapan aku akan jatuh terjepit. Sebagai rasa terima kasih kupersilahkan mereka asuk dan menyuguhkan sedikit cemilan. Kutanya nama mereka satu persatu. Haikal, Resa, dan satu lg menyebut dirinya acong (no SARA tp gda tampang chinesse sama sekali). Haikal dan acong kelas 2 SMP sedangkan resa kelas 3.

Kuajak mereka mengobrol, ditengah obrolan asik kami, aku merasa mereka tak melihat mataku, benar saja.. mereka semua mencuri pandang ke dadaku, kemeja peach yg kupakai memang basah dan dadaku yg terbungkus bra jelas menjiplak. Sial mereka ini, tapi entah kenapa aku bukannya arah, malah senang dengan pandangan anak2 ini. Inikah sensasi eksib?pikirku.. ah yasudahlah tak kuhiraukan tatapan mereka. ternyata dingin juga lama2, akhirnya aku ijin mandi pada mereka dengan janji aku akan membuatkan mereka makanan setelah aku selesai mandi. Sementara itu aku menyuruh mereka menonton DVD. Mereka hanya mengiyakan, mungkin tergiur dengan umpan makanan,hahahaha. Oiya perlu dijelaskan, kedua orangtuaku bekerja, adiku kuliah di luar kota, jadi hingga jam 7 rumahku senantiasa kosong. Dan pintu kamar mandi, sofa ruang keluarga dan pintu kamarku berada i satu garis sejajar. Disamping pintu kamar mandi ada tangga menuju loteng, tempat jemuran dan mencuci.

Mereka berpindah ke ruang keluarga, memilih film dan menontonnya, sementara aku berjalan menuju loteng. Sudah menjadi kebiasanku melucuti sekuruh pakaian diloteng, agar langsung ditaruh di mesin cuci. Tepat ketika aku selesai melucuti seluruh pakaianku, baru kuingat bahwa handuk kutaruh di kamar mandi. Tadi pagi tidak sempat kujemur di loteng. Sial, tersisa hanya handuk kecil untuk rambutku. Anehnya daripada aku mengambil kembali pakaianku, aku lebih memilih menutup tubuhu dengan handuk kecil itu. Handuk itu hanya cukup menutupi satu sisi tubuhku, itupun hanya dada hingga kemaluanku. Nekat aku berlari kebawah dan langsung menuju kamar mandi. Ternyata timing tidak tepat, langkah kakiku membuat mereka semua melirik kearah tangga, dan melihatku menutupi tubuh dengan handuk mungil ini. Dan tentu mereka bisa melihat dengan jelas bagian tubuh belakangku.

Dikamar mandi, jantungku berdegup kencang, entah kenapa ini menjadi sensasi tersendiri. Inikah yg disebut eksib?menyenangkan rupanya, hahaha..ingin kutarik semua kata-ku pada kawanku. Selesai mandi, sengaja tak kukeringkan tubuhku, aku malah hanya memakai kimono yg terbuat dari satin. Kimono berwarna putih dengan pola bunga berwarna magenta. Bahan satin ini jelas membuat tubuh basahku menceplak, terutama putingku. Jantungku berdegup kencang, bagaimana jika mereka memperkosaku?berbagai macam kekhawatiran bermunculan, namun gairahku mengalahkan semuanya. Kuberanikan diri membuka pintu kamar mandi. Dan benar saja, 3 pasang mata panas itu langsung menerjang kearahku, bisa kurasakan mata mereka tertuju pada dadaku. Kulihat merka terbelalak. “kenapa pada liat?ga nonton” kupecahkan keheningan mereka. mereka gugup dan kikuk, haha lucunya anak2 ini. “umm, kakak tadi kenapa lari turun?” tanya haikal tetiba, “ah itu kakak lupa anduk uda ada di kamar mandi, baju uda kaka cuci, mau gimana lagi”, “trus kenapa kakak ga andukan?ko basah banget gitu?” tanya acong menimpal. Kutundukan tubuhku, tanganku berpangku pada pegangan sofa, bisa kutebak posisi itu membuat kimonoku melebar dan membuat dadaku terlihat amat jelas. “kenapa?gaboleh kakak basah2an?” tanyaku nakal. Mereka hanya tercengang. Lalu aku melangkah menuju kamarku.

Haaah, dadaku berdebar kencang. Libidoku naik, tubuhku terasa panas. Semakin mereka memandangku semakin aku merasakan sebuah kenikmatan. Pertunjukan ini akan terus berlanjut...hahaha pikirku. Sengaja tak kututup pintu kamarku, kubelakangi pintu dan membuka kimonoku. Kuambil handuk cadangan di lemari untuk mengeringkan tubuhku. Dengan posisi ini mereka dengan jelas dapat melihat belakang tubuhku tanpa busana. Dan bisa sekilas mereka berbisik. Aku memikirkan cara bagaimana mereka bisa melihat dadaku. Mendapat ide aku duduk tepi kasurku. Pintu lemariku terbuat dari cermin yg amat besar. Jika melihat kaca tersebut, mereka akan melihat seluruh tubuhku. Kupakai lotion dengan perlahan, kurasakan kembali ejolak ini. Tatapan panas mereka sangat terasa. Kuregangkan kakiku, vaginaku yg berhias bulu2 halus yg rajin kurawat terpampang jelas. Kudengar bisikan mereka “gede banget, wihh memek, anjriit lebi bagus dari yg gw donlot kemaren” ya itulah kata2 yg aku dengar. Seluruh tubuhku terasa panas. Bnar2 sensasi berbeda. Kusudahi show ini, kupakai hotpants dan kaus longgar berwarna merah, tanpa memakai daleman apapun.

“maa ya lama” sapaku, mereka terburu2 membetulkan posisi duduk mereka. aku duduk di sofa samping mereka. “kenapa tuh ade2nya pada bangun?” nakal kutanya sambil kutunjuk celana mereka. terburu2 mereka membetulkan celananya, gugup tak bisa berkata2. “ooh lg adegan ranjang ya filmnya?” tanyaku lg sembari memperhatikan tv, “ahh iya kak” jawab mereka gugup. Hahaha lucu sekali mereka.
Aku:kok nonton ginian aja konak sih?
Acong: seru kak
Aku: emang gapernah liat bokep ya?
Haikal: sering kak, tuh acong punya banyak di hapenya
Aku: (nakal jg anak sekarang), kalo kamu sa?punya ga?
Resa: kaga kak, tp sering liat di warnet
Aku: coba cong liat dong bokep kamu

Tergugup acong mengeluarkan hapenya. Aku mengambil posisi berlutut didepan mereka bertiga. “yg mana kak?” acong memperlihatkan sederetan file 3gp di hp’a. “favorit kalian yg mana?itu aja” jawabku. Lalu acong memilih satu file 3gp jav. Kami berempat dengan seksama mmperhatikan. Timbul ide liarku, birahi ini sudah tinggi sekali. “kenapa kalian suka ama flm yg itu?” tanyaku. Bagus kak, ce’a putih, toketnya guede. Timpal mereka . gedean mana aku ama dia?tanyaku balik. “ga tau gapernah liat punya kaka”timpal resa jahil. “lha kan tadi pas kaka make kemeja?” tanyaku lg. “itu gajelas kak, yg di video kan jelas keliatan”timpal acong. Sepertinya mereka berharap aku melucuti bajuku dihadapan mereka, akupun berharap hal serupa, tapi masih agak takut. Kemudian kutarik turun kerah depanku hingga trlihat belahan dadaku. “nih tuuh, gedean mana?” mereka liar berebut melihat belahan dadaku. “gede banget kaaa” kata haikal, “ih kekna gedean kaka”, timpal resa. “ah tapi ga ah, gedean di video, jelaaaas gedenya” timpal resa. Mereka emancingku nih, pikirku, tak apalah untuk pertama kali nih.


“oooh gitu” aku berdiri membelakangi mereka, melucuti kaus yg kupakai. Jantungku berdegup amat kencang seperti akan meledak, nafasku mulai sangau, kuberanikan diri membalik tubuhku. “sekarang elas, gedean mana?” mata mereka terbelalak melihat dadaku terbusung dengan puting kecoklatan yg sudah berdiri tegak. “gedean kakaaak” jawab mereka serempak. Aku duduk dimeja di hadapan mereka. “kaan ga percayaan sh kalian” aku menutupi dadaku dengan kaus. “yaah jangan ditutup dong kak, masi pengen liat” timpa acong. “hush udah untung dikasi liat” jawab resa sambil menjitak acong. Aku hanya trtawa ringan. Aku kembali duduk di sofa samping mereka. kami mulai mengobrol sana sini.
Aku: emang kalian gapernah liat dada langsung ya?
Bertigaernah sih kak, tapi ga segede itu
Aku: hah dada siapa aja tuh?
Acong: pacar aku kak, kata anak2 gede, tapi ga segede itu
resa: mantan aku, ya itu pacarnya acong skarang
haikal: kalo aku punya pacar aku juga, keciiil kak... oiya ama punya dinda
acong dan resaiya dinda, gede tuh..tapi ga segede punya ka vera
aku: dinda siapa tuh?
Saling menimpali: dinda itu pereknya sekolah kak, anak kelas 2, dadanya gede, asik buat diemut
Aku:heeh ada piala bergilir?di SMP?pernah ml ga dia?
Bertiga: yg boleh ml ama dia Cuma brian kak, ketua valkyre, geng sekolah kami
Akuoh, pernah ada liat memeknya?
Bertiga: pernah kak, biasanya kalo dia udah sange kami gampang nelanjanginnya
Aku:waduh kok bisa?
Singkat kata mereka menceritakan awal dinda bergabung dengan geng mereka
Acong: tapi kok memeknya dia beda ama yg di bokep2 ya kak? Ga ada bulunya gitu
Aku:aah titit kalian juga gda bulunya kaan?
Mereka hanya terdiam malu...tetiba
Acong: emang kaka ada bulunya kaya di film bokep itu?
Aku: ada doong
Haikal: ah ga bagus dong kaya punyanya dinda, kalo dinda kan imut pink gitu kak
Aku:kata siapa?bagus kok..
Bertiga: boong, buktiin kak
Nyeeh makin mangkak aja nih bocah, pikirku. “ga mau ah” jawabku... tuh kan ga bagus makanya ga mau nunjukin. Jawab mereka... tertantang juga nih jadinya, hahahaha, “kakak mau nunjukin, tapi kalian dulu nunjukin titit kalian” jawabku. Awalnya mereka malu, tapi akhirnya satu persatu mereka melucuti celana mereka. kulihat penis penis mungil yg besarnya tak lebih dari 10cm, haha maklumlah SMP. Acong masih bersih tanpa bulu, resa yg kelas 3 bahkan hanya ditumbuhi sedikit bulu, haikal yg sudah mulai banyak, namun belum lebat. “okeh kaka Cuma mau nunjukin ke yg bulunya paling banyak, haikal ikut kekamar, eitts celananya gabole dipake lagi...

Memegangi kaus di dadaku aku berjalan kekamar, diikuti oleh haikal dengan penis mungilnya yg sudah tegak berdiri. Kali ini kututup pintunya, hahaha. Haikal berdiri menghadap kasur, aku duduk di tepi kasur, kulempar begitu saja kaus tersebut. Aku merebahkan diriku, menarik turun celanaku. Kuregangkan kakiku lebar2, vaginaku sudah basah oleh cairanku. Benar2 keadaan yg mengundang nafsu. Dadaku panas terasa seperti terbakar. Untuk pertama kalinya aku memperlihatkan dengan jelas tubuhku tanpa sehelai benangpun didepan orang yg baru aku kenal. Haikal nampaknya mencoba memegang vaginaku namun kularang. Kuambil hp’ku, kupinta ia memfotoku dengan posisi mengangkang. “gimana bagus kaan?” bagus banget kak, bagus bangeeet, jawabnya cepat. Bagusan mana ama dinda?tanyaku lg.. bagusan kakak jauuuuuh, timpanya cepat. Kupakai kembali celana dan kausku. Kulihat muka kecewa haiikal. Kami kembali ke ruang tv, kuperlihatkan foto tersebut pada mereka. mereka tercengang, sedangkan haikal satu2nya orang yg melihat langsung tersenyum puas.

Kemudian kami melanjutkan perbincangan ngalor ngidul, makan mie rebus yg kujanjikan. Sekitar jam 5 mereka mohon pamit, “kak kalo mau liat lg boleh ga?” tanya acong sembari tersenyum cabul.. “boleh dengan syarat, Cuma kalian bertiga yg boleh tau, kalo bawa temen kaka ga mau, kalo nyebar kaka ga mau... dan satu lg, kesini bawa dinda, kaka pengen liat dia” jawabku. Mereka mengiyakan dan kami bertukar nomer untuk janjian. Namun di detik terakhir haikal meminta ijin ke kamar mandi, ingin pup katanya. Heleeh dasar aneh, pikirku. Tak lama ia masuk kamar mandi, kedua temannya pamit pulang meninggalkan haikal. Aku duduk di sofa menonton tv, sekitar 10 menit kemudian haikal keluar dari kamar mandi, menanyakan keberadaan teman2nya yg telah pulang. Ia juga ingin pamit pulang namun kutahan, kuajak ngobrol, ia duduk disampingku. Aku bertanya tentang kehiduan seksnya dan tentang adinda, jujur aku penasaran dengan gadis SMP yg menjadi piala bergilir. Ia menjelaskan panjang lebar. “eh kal, nanggung ga tadi ga keluar?pengen coli kaan kamu?” tanyaku genit. Muka haikal memerah malu, kepalanya mengangguk pelan. Coli aja make poto yg tadi, aku pengen liat kamu coli kal, pintaku manja..awalnya ia ragu, namun kemudian ia menurunkan celananya dan mulai mengocok penisnya, kulihat penisnya tak setegak tadi. “kurang enak ya?” tanyaku, iya kak, td liat aslinya sekarang Cuma poto, jawabnya meminta. “gini deh, spesial buat kamu,tutu mata turutin aku” tangannya kuarahkan ke belakang, kuikat dengan kuncir rambutku. “kak aku mau diapain?” tanyanya, dieem, jawabku.. “nah buka mata, pokoknya kalo iketannya lepas aku batalin semuanya” kataku. Libidoku sudah amat tinggi, aku tak peduli lagi ia baru kenal atau apapun. Segera kukulum penisnya, ia bergoyang tak karuan, nafasnya memburu. Bagiku penis ukuran ini amat kecil dibanding semua penis yg pernah kuisap. Ahh mmppff kaak enak banget... haikal mulai bergoyang liar. Hanya butuh waktu 2 menit dan semburan hangat mengalir didalam mulutku. Haikal tergulai lemah. “itu spesial buat kamu, dinda gapernah kan?” kataku genit. “gapernah kak, kami Cuma nelanjangin ama grepein dia aja” jawabnya lemas... “sekarang ada ilmu baru kan yg bisa diajarin ama dinda?, tp kaka ga mau kalo ampe ada yg tau hal ini..kalo temen2 kamu tau, kamu ga dapet jatah spesial lagi,paham?”. Haikal hanya mengangguk, ia membetulkan celananya, membilas dikamar mandi dan pamit pulang....

Sore ini mengajarkanku indahnya eksibisionis, ditambah aku punya burung2 kecil yg bisa kumainkan... banyak kisah selanjutnya dengan burung2 kecil tersebut...



Monday, December 25, 2017

Cerita Eksibisionis : Kenikmatan di Bis Kota


Nama saya Florence Kim, saya adalah warga Indonesia keturunan Korea yang sekarang sedang berada di Italy untuk tujuan bisnis dan saya suka sekali memamerkan tubuh  hingga saya menjadi sangat basah. Saya mempunyai pacar bernama Erick, seorang warga Roma, tapi sekarang saya tidak menceritakan pengalaman saya bersama Erick.
Pagi itu, kami makan pagi berdua sambil ngobrol-ngobrol ringan. Erick ada meeting dengan factory jam 11 pagi, jadi saya mungkin menghabiskan waktu dengan jalan-jalan sendiri, tapi tidak masalah soalnya saya sudah terbiasa kemana-mana sendiri. So, setelah cium perpisahan dengan Erick, saya mulai berbenah diri.
Pagi itu udara summer kebetulan sangat indah buat jalan-jalan. Saya memakai skirt-dress katun pendek, sekitar 10 cm di atas lutut, motif floral, dengan canvas-shoes di padukan dengan straw hat yang saya beli di Yogyakarta. Sip deh, komentar saya setelah mengecek sekali lagi di cermin. Baju ini bagus juga, leher bajunya yang berbentuk kotak, low cut memperlihatkan dada saya yang putih dan berukuran 36B.
Waktu saya turun dari kamar, melewati lobby yang crowded, saya sempat merasa tatapan mata yang tertuju pada saya, apa karena saya manis atau jarang kali ngeliat cewek Asia, tapi lumayanlah buat tambah PD.
Saya berjalan-jalan menyusuri jalan kecil di samping hotel. Tidak lama kemudian saya sudah berada di tengah toko-toko dan kafe-kafe kecil. Mungkin daerah pasar kali, soalnya saya baru pertama kali berada di Roma. Entah bagaimana melukiskan perasaan kalau kita berada di tengah-tengah kota yang ramai tapi semuanya asing buat kita. Something scary tapi agak menggoda karena banyak hal yang baru, seperti tampang cowok-cowok Italy yang lagi cofee break dengan baju kantor yang rapi. Kulit mereka yang kecoklatan, dagu yang keras dan mantap plus itu lho.. sisa cukuran yang masih kebiru-biruan bikin gemes pengen ngelus dech, juga perasaan mau nyobain bagaimana rasanya bercinta dengan mereka.
So, saya berjalan santai dengan pikiran yang bercampur aduk. Akhirnya saya berhenti di depan bus station, kemudian setelah saya pelajari rute di map saya, saya mau pergi ke Via Condotti. yah, buat window shopping.
Waktu saya naik ke bus tersebut, bus-nya lumayan padat, tapi tidak seperti di Jakarta sampai bergelantungan di pintu. Paling lorong bus itu penuh orang berdiri sambil berpegangan di pipa besi. Saya juga tidak menemukan tempat duduk jadi saya pilih tempat yang kelihatan agak kosong sambil berpegangan di pipa juga. Kemudian bus-nya melaju.
Saat menit-menit pertama, saya melihat-lihat sekeliling sambil bus itu melaju. Saya merasakan angin bertiup menerpa wajah dan bermain dengan rambut saya yang lurus sebahu. Waktu bus itu berbelok, saya merasa ada sentuhan ringan di paha saya.. kaget, saya melihat sekeliling tapi tidak ada yang ganjil. Saya melihat orang-orang sedang bercakap-cakap dan tidak ada yang mencurigakan. Saya mulai merasa ganjil karena keasingan saya di tengah-tengah bahasa mereka.
Karena tidak menemukan sesuatu yang aneh, saya pikir itu mungkin ketidaksengajaan, lalu saya kembali memandang lurus ke depan. Tapi tidak lama kemudian, tangan itu kembali lagi dan kali ini mengelus pantat saya dengan pelan. Saya menoleh mencari siapa tapi lagi-lagi tidak ada yang saya dapati. Lalu bus berhenti, masuk lagi segerombolan orang sehingga saya makin terhimpit. Saya pikir kalau sudah begini tidak mungkin lagi orang itu berani pegang-pegang, tapi dugaan saya salah karena tidak lama kemudian saya mulai merasakan tangannya di belakang lutut saya, bergerak naik ke atas paha saya. Terus terang saya terangsang sekali karena bagian tengah agak ke belakang dari lutut ke paha itu salah satu daerah sensitif saya.
Antara perasaan gundah, mungkin sungkan siapa tahu ada yang memperhatikan, tapi juga mulai terangsang jadi saya diamkan saja. Karena tidak ada yang bisa saya lakukan di tengah kepadatan bus dan pikir saya, toh dia cuma bisa pegang-pegang, lagi pula saya melihat di sekitar saya itu banyak cowok-cowok berpakaian rapi yang mungkin mau makan siang. So, insting iseng dan cuek plus pengen tahu saya lebih kuat daripada perasaan malu. Saya ingin tahu sejauh mana tangan orang tersebut bereaksi dan juga ngapain malu, nggak ada yang kenal saya ini, lagian cowok-cowok yang dekat saya cakep-cakep.


Mungkin karena saya diam saja, tangan itu mulai berani bergerak perlahan terus ke bagian atas paha tengah saya. Saya semakin grogi. Sambil menahan rasa nikmat yang mulai menjalar dari paha, saya gigit bibir saya, karena takut saya nanti bersuara (karena kebiasaan saya suka berisik). Saya mencoba untuk menyatukan kaki saya supaya tangannya tidak bisa menggerayang ke atas lagi tapi tidak bisa, karena bus itu bergoyang-goyang, yang membuat badan saya jadi limbung sehingga kaki saya harus agak direnggangkan supaya bisa berdiri dengan stabil.
Diantara perasaan nikmat plus tegang, tangan itu semakin berani kali ini dia maju ke atas, menuju ke celana dalam saya. Tangannya mulai membuat lingkaran-lingkaran kecil tepat di daerah sekitar lekukan pantat saya sebelah bawah dan di atas vagina saya yang tertutup celana dalam. Wow, makin terangsang plus grogi deh. Kali ini saya agak melenguh sedikit tapi tidak mengundang perhatian penumpang sebelah saya, mungkin mereka pikir saya kecapekan berdiri kali. Tapi si pemilik tangan ini makin berani setelah mendengar desahan saya. Dia mulai menyisipkan jemarinya ke dalam celana dalam saya yang mini itu. Tidak sulit karena mini, dia bisa merasakan daerah itu mulai basah karena ulahnya. Sungguh sulit untuk melukiskan perasaan saya saat itu.. mungkin pembaca bisa coba untuk membayangkan posisi saya di daerah yang asing dan baru.
Karena dapat angin merasakan kebasahan saya, dia mulai berani membuka bibir kemaluan saya dan memainkan jemarinya di antara kedua bibir itu sambil sesekali melingkar-lingkar di clitoris saya. Aduh, pembaca sungguh nikmat rasanya. Saking tidak kuat menahannya saya rapatkan lagi paha saya. Lalu dengan tiba-tiba saya mencoba untuk menjebak tangannya di antara paha saya, tapi refleksnya sangat bagus sehingga dia sempat lolos waktu itu. Lumayanlah pikir saya untuk catch my breath again. Jantung saya berdegup sangat kencang sampai-sampai saya takut kedengaran sama yang lain. Kaki saya yang mulai lemas sehingga saya sedikit bersandar di kursi yang terdekat.
Tapi tidak lama tangan itu kembali lagi kali ini saya merasa sesuatu yang dingin di celah paha saya yang nantinya saya sadar mungkin itu gunting or what and how? Karena berikutnya celana dalam saya sudah robek terbelah dua. Tangannya semakin berani beroperasi di antara kedua bibir vagina saya melingkar-lingkar dan mulai nenekan perlahan. Pelan namun mesra. Kemudian saya mulai merasa jarinya membuka kedua bibir kemaluan saya dan mulai memasukkan dua buah jarinya ke dalam vagina saya keluar masuk sambil digesekkan ke daerah clitoris saya. Saya terpana karena tidak menyangka dia seberani itu tapi tak kuasa untuk bertindak. Kaki saya mulai lemas lagi mungkin karena kenikmatan yang dihasilkan oleh gerakan jemarinya.
Saya terpaku oleh rasa itu, diam tak bergerak hanya bisa menikmati sambil kuat-kuat menggigit bibir menahan nikmat itu. Perasaan yang tak tertahankan itu membuat saya diam-diam berimajinasi bagaimana rasanya kalau penis yang ada di dalam vagina saya. Dalam diam saya sangat menikmati gerakan tangannya. Saya sudah sangat basah sekarang. Saya kuatir nanti terdengar bunyi seperti clep.. clep.. Saya berdiri setengah bersandar di situ antara perasaan grogi takut ketahuan tapi saya berdiri diam di situ tidak bergerak sambil menikmati permainan tangannya.
Tangan itu tidak berhenti juga mungkin dia dapat merasakan gerakan dinding vagina saya yang makin intense. Saya merasa saya hampir orgasme. Akhirnya tiba-tiba seperti gelombang saya merasakan suatu perasaan yang sangat hebat, mungkin saya orgasme seperti dalam sedetik itu saya berada di suatu tempat yang terang sekali.. sendirian. Untung saya masih bisa menahan tidak menjerit walau susah sekali dan bibir saya terasa sakit karena saya gigit keras sekali. Rasanya berdarah sedikit karena ada rasa besi dalam mulut saya.


Setelah itu, saya kembali bisa merasakan kehadiran orang-orang di sekitar dan membuka mata memandang jalan. Sambil menarik nafas panjang saya berdiri tegak. Saya rapatkan kaki saya, dan seperti semula, tangan itu sudah tidak ada. Saya lihat sekeliling, ada beberapa mata yang memandang saya dengan shock tetapi saya cuek saja. Saya berbalik memandang jalan kembali dan melihat ke jam tangan saya. Well, semua itu terjadi hanya dalam 10 menit.
Di depan saya melihat ada bus station. Saya cepat melewati orang-orang menuju pintu lalu saya turun. Setelah saya memijakkan kaki saya di tanah, saya pandangi lagi bus yang mulai bergerak maju tapi ada suatu gerakan yang menarik perhatian saya. Ternyata ada seorang cowok berkemeja biru, berambut coklat tua dan berumur sekitar 30 tahun mengangkat tangan dan memberi salute kecil pada saya seperti gaya militer di dekat kening itu lho. Dia tersenyum (jujur saja, dia memang ganteng. Kalau dia mendekati saya di sebuah cafA?A? mungkin saya juga tertarik oleh tampang Italy-nya yang rough but nice itu) Tak sadar, saya pun tersenyum balik.
Begitulah pembaca. Saya mulai melihat sekeliling, ternyata saya sudah satu blok di dekat Via Condotti. Saya mulai berjalan sambil masih tersenyum simpul oleh pengalaman tadi. Pengalaman itu adalah salah satu starter yang membuat saya mulai suka melakukan hal-hal tersebut di tempat umum bahkan di Jakarta mungkin karena adrenalin yang berpacu sangat cepat kalau kita tahu kita di tempat umum membuat saya selalu ketagihan.
Wow, Masih begitu perasaan saya kalau mengingat kejadian itu, seperti saya menulis sekarang ini, vagina saya sudah basah. Tinggal menunggu nanti sore selesai jam kantor. Saya akan bertemu Erick, may be Erick can help me now.


Sunday, December 24, 2017

YOLA ISTRI EKSIBISIONIS : Part 9



Pada Part 9 ini, saya ingin menceritakan kisah yang kami alami setelah kejadian Part 8 sekitar bulan Oktober-December 2006. Walaupun kisah di part 9 ini tidak sepenuhnya benar tetapi sekiranya 40-50% dari cerita Part 9 dari segi cara, sebagian tehnik bercinta, tokoh-tokoh pria, maupun lokasi kejadian, serta sebagian kata-kata liar adalah benar sesuai dengan kejadian nyata dan dapat di sangsikan kebenarannya. Tetapi, tehknik pelecehan, kata-kata kotor yang berlebihan, kata-kata melecehkan suami (saya sendiri), serta ke-kotoran semua hal yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pria kepada istri saya, Yola, adalah karangan dari Saya dan Raka untuk kepuasan para pembaca.
Setelah saya mengalami hal yang sungguh melecehkan nama baik kami pada Part 8 sebelumnya. Yaitu, pemerkosaan terhadap Yola, istri saya, yang dilakukan di rumah warisan dari leluhur saya. Saya merasa malu dan tidak pantas lagi tinggal di desa ini. Terlebih lagi kalau sampai ada tetangga yang mengetahui kejadian itu. Maka sayapun berinisiatif untuk mencari tempat tinggal baru untuk kami. Entah saya pernah bercerita sebelumnya atau tidak kepada para pembaca setia kisah Yola. Bahwa saya pindah ke desa ini setelah menikah dengan istri saya dengan harapan dapat membantu untuk mengolah tanah pemberian dari leluhur kami. Sudah 2 keturunan tahan ini di serahkan kepada keturuan keluarga kami dan kini dipegang olehku. Sebelum ke desa ini, sebenarnya aku sudah mencoba wawancara dengan beberapa perusahaan di kota. Hanya saja, masih belum ada lowongan tersedia untukku dan lagi, aku masih belum memiliki tempat tinggal yang layak di sana. Maka saya dan istri memutuskan untuk tinggal di desa meneruskan lahan milik orang tua.
Melihat keadaan sekarang yang sudah menjadi separah ini (Kisah Part 8). Saya memutuskan untuk mencari lowongan kerja lagi di kota tetapi kali ini aku meminta pertolongan dari kerabat-kerabat ku yang sudah bekerja. Hingga dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu aku sudah mendapatkan panggilan di sebuah perusahaan cukup terkenal (dirahasiakan namanya). Setelah melakukan interview dan beberapa tes kesehatan, tidak lama setelah itu sayapun diterima bekerja di sana sebagai pegawai buruh pabrik itu. Hanya saja ada yang kurang, kami belum memiliki rumah di sana. Lalu aku teringat akan Pak Dahlan (baca Part 7), Pak Dahlan merupakan salah satu orang yang cukup sukses di kota. Salah satu pekerjaan yang ia lakukan adalah menyewakan rumah kontrakan. Maka dari itu akupun memutuskan untuk mencari cara untuk berbicara dengan Pak Dahlan agar bisa mendapatkan keringanan sewa kontrakan untuk beberapa bulan karena aku baru saja diterima bekerja. Tetapi, jika saya melihat ke sejarahnya Pak Dahlan, dia itu sangatlah pelit apa lagi terhadap uang. Pernah ada tetangga saya yang berusaha mendapatkan keringanan atas hutangnya. Tetapi dia sama sekali tidak memperdulikannya.
Akhirnya karena saya belum juga mendapatkan kontrakan, untuk sementara saya harus bekerja pulang pergi ke kota dan desa. Saya pun berusaha mencari kontrakan dengan kerabat-kerabat saya di pabrik. Hanya saja tidak ada kontrakan yang murah dan layak untuk ditempati, saya yakin istri saya Yola tidak akan mau. Setelah hampir 1.5 bulan mencari rumah kontrakan yang tak kunjung ketemu, saya pun cukup putus asa. Sebelum saya berceritera kembali tentang bagaimana saya mendapatkan Rumah Kontrakan di kota. Kita coba melihat dan mengingat apa saja yang sudah dilakukan oleh istri saya selama 2 bulan terakhir (setelah kejadian Part 8). Cukup aneh memang selama beberapa minggu awal saya bekerja antara desa dan kota saya tidak menemukan tanda-tanda kehadiran Pak Amir dan teman-temannya di rumah kami lagi. Sebenarnya saya juga tidak tahu betul apa yang terjadi di rumah karena saya pergi bekerja dari pagi-pagi benar hingga malam karena jarak antara desa dan kota cukup jauh.
Hampir setiap pulang kantor saya mencoba memeriksa seluruh isi rumah, saya tidak menemukan kejanggalan seperti bercak sperma, ataupun pakaian dalam istriku yang terkena bercak-bercak sperma. Ketika aku pulang di malam hari aku tidak melihat istriku, Yola, tampak seperti kelelahan. Cukup aneh memang, pikiran saya terus berpikir memutar otak, kenapa tidak ada yang meniduri istriku selama aku pergi. Mungkin kalian membaca hal ini merasa bodoh sekali suami seperti saya kok malah mengharapkan istrinya di tiduri orang. Tetapi bukan itu maksud pemikiran saya, maksud saya adalah bagaimana mungkin orang-orang yang kurang ajar seperti Amir, Bayu, dan Pak Rojali bisa melepaskan istri saya begitu saja selama beberapa minggu ini. Bahkan sampai berganti bulan pun hingga November 2006, saya masih tidak menemukan tanda-tanda yang extreme atau mencurigakan.
Semakin saya mencari-cari saya semakin bertempur dengan pikiran saya sendiri dan terus berkata "tidak mungkin" semakin terasa gila saya dibuatnya. Oleh karena itu, dengan segala kegilaan dipikiran saya, saya memutuskan untuk berbicara dengan Pak Dahlan tentang kontrakan di kota. Saya sangat berharap dia dapat membantu saya. Pada hari sabtu pagi, saya berbicara dengan istri saya mengenai mencari rumah kontrakan di kota dan mencoba mengusahakannya melalui Pak Dahlan. Istri saya nampak setuju sekali dengan ide saya tersebut. Yola benar-benar antusias ingin pindah ke kota.
Kemudian di siang hari kami pergi ke rumah Pak Dahlan bersama-sama dengan harapan dapat membujuk Pak Dahlan mengenai rumah Kontrakan. Sesampainya di rumah Pak Dahlan kami disambut baik oleh Pak Dahlan dan dipersilahkan duduk. Setelah berbasa-basi menanyakan kemana Ibu Yeni, istri Pak Dahlan, yang ternyata sedang pergi. Lalu, Pak Dahlan bertanya kepada kami, "Ada apa nih kok tumben-tumbenan kalian datang ke rumah saya?" Saya dan Yola saling bertatap muka kemudian sayapun mencoba menjawab, "Begini pak, sebenarnya kami kemari ingin meminta pertolongan bapak." Pak Dahlan pun berseru, "Oh ya!? Apa yang bisa saya bantu?" Saya pun melanjutkan, "Kebetulan sudah hampir 2 bulan saya bekerja di kota, dan sayapun terlalu lelah karena perjalanan terlalu jauh dari desa ke kota. Setiap hari saya harus pergi subuh pulang pun cukup larut." Pak Dahlan pun mengikuti, "Iya betul, yang saya dengar kamu diterima bekerja di Pabrik X di kota yah. Memang cukup jauh perjalanan ke sana." Sambil berkata seperti itu, Pak Dahlan melirik istri saya Yola. Saya tidak mengerti apa arti tatapan itu. Tetapi saya berusaha tidak mengindahkan hal tersebut.
Saya pun berbicara kembali, "Selama saya bekerja di kota, saya berusaha mencari rumah kontrakan terdekat dengan pabrik tempat saya bekerja. Tetapi sulit sekali mencari kontrakan yang memiliki harga yang dirasa cukup dengan gaji saya, karena saya pun masih harus menempuh 12 bulan bekerja hingga mendapatkan gaji yang lebih layak." Saya pun mencoba meneruskan, "Saya dengar, Pak Dahlan memiliki usaha kontrakan di kota, saya hanya berharap bapak bisa membantu kami untuk memberikan keringanan kontrakan selama 9-10 bulan kedepan hingga saya mendapatkan gaji tersebut." Pak Dahlan mulai cemberut dan berpikir sejenak. Kemudian ia pun berbicara, "Hm... 10 bulan adalah waktu yang cukup lama Dik Naryo. Saya cukup keberatan untuk waktu yang selama itu." Saya pun pasrah dan berkata lagi, "Oh begitu ya pak, tidak apa, kami juga hanya mencoba bertanya, tidak ada paksaan kok. Hanya saja jika bapak bisa membantu kami, kami akan sangat berhutang budi atas bantuan bapak."
Tiba-tiba saja mendengar kata "berhutang budi", Pak Dahlan menatap istri saya, Yola, lama sekali dan tersenyum. Istri saya tidak membalas tatapan Pak Dahlan melainkan berusaha menundukkan kepala dan tersipu malu. Sayapun berpikir, "Wah, jangan-jangan Pak Dahlan menginginkan tubuh istri ku lagi seperti waktu itu." Saya tidak ingin hal tersebut terjadi lagi oleh karena itu saya berpikiran mau membatalkan hal ini. "Baik pak lebih baik kami pulang sekarang, terima kasih atas waktunya." Setelah saya berkata seperti itu, tiba-tiba saja istri saya menarik tangan saya dan berkata, "Kalau tidak salah ibu Yeni pernah berbicara tentang membutuhkan karyawati di toko baju nya di kota kan, pak. Bagaimana kalau saya turut membantu ibu Yeni, sedangkan bapak tidak perlu menggaji saya cukup mengurangi biaya kontrakan kami?" Pak Dahlanpun mulai tersenyum dan berseru, "Wah ide yang sangat cemerlang! Dik Yola ini sudah cantik, pintar lagi." Sambil berusaha merayu istri saya di depan saya. Pak Dahlanpun melanjutkan, "Kebetulan sore ini saya akan ke kota untuk menjemput istri saya. Bagaimana kalau dik Yola ikut saya ke kota, sekaligus berbicara dengan Yeni tentang hal ini. Kemudian Dik Naryo bisa bersiap-siap di rumah karena besok atau lusa kita mulai memindahkan barang-barang ke rumah kontrakan di kota."
Mendengar itu saya sangat senang sekali, tetapi saya berpikir ada hal yang tidak beres, maka dari itu saya memutuskan untuk ikut ke kota, "Wah Pak Dahlan baik sekali, tetapi jika berkenan bagaimana jika saya mengantar istri saya ke kota sekaligus saya mau melihat toko ibu Yeni." Lalu Pak Dahlan dan istri saya bertatap-tatapan lagi sejenak. Pak Dahlan pun berkata lagi, "Saya hanya naik motor pak ke kota, jadi tidak mungkin membonceng 2 orang." Sayapun berusaha menimpali, tidak apa biar saya dan istri saya naik angkutan umum saja." Pak Dahlan berusaha mencari akal lagi, "Sudah pak tidak usah repot, lebih baik bapak beres-beres rumah persiapan untuk pindah karena itu tidak sedikit barang yg dipindahkan. Sedangkan saya dan dik Yola biar menyelesaikan urusan kami." Sambil tersenyum lebar melihat ke arah istri saya yang sedang tersipu-sipu malu. Saya sendiri sudah kehabisan akal, saya tidak ingin menyinggung perasaan Pak Dahlan atas tuduhan yang ada di pikiran saya. Beberapa saat hening, dan tiba-tiba saja istriku memecahkan situasi sambil memegang pundak saya dan berkata kepada saya, "Tidak apa mas, sekarang mas pulang dulu aja nanti saya menyusul." Sambil meyakinkan saya, istri saya pun menatap Pak Dahlan yang sedang tersenyum penuh kesenangan. Saya yakin Pak Dahlan ingin mengauli istri saya lagi. Tetapi apa daya saya sangat membutuhkan rumah itu. Akhirnya saya pun menyerah, untuk merelakan istri saya untuk dipakai Pak Dahlan sebagai "Uang Muka" untuk mendapatkan rumah kontrakan di kota nanti.
Setelah saya berpamitan, bukannya Pak Dahlan yang mengantar saya pulang ke pagar depan, tetapi malah istri saya yang membukakan pintu dan mengatar saya hingga keluar pagar. Saya hanya bisa diam seribu bahasa dengan pikiran bercampur aduk menyaksikan istri saya memasuki rumah Pak Dahlan dan terlebih lagi terdengar suara pintu dikunci. Setelah saya melihat keadaan aman, saya mengambil inisiatif untuk berputar ke arah belakang rumah dan mengendap-endap kembali ke rumah Pak Dahlan untuk mencari tahu apa yang dilakukan oleh istri saya di sana bersama Pak Dahlan. Sesampainya saya di jendela rumah Pak Dahlan bagian ruang tamu, tempat tadi saya berbincang, saya melihat istri saya sedang duduk di bangku tadi, sambil mengikat rambutnya. Pak Dahlan pun berkata kepada istri saya, "Baik sekali ya dik suami kamu, mau meminjamkan istrinya kepadaku. Hahaha..." Hatiku hancur mendengar kata-kata itu, benar saja apa yang kutakuti akan segera terjadi. Istriku tidak menjawab apapun karena ia sedang menggigit ikat rambutnya sambil berusaha menguncir rambutnya.
Seusai istriku menguncir rambutnya, Pak Dahlan berkata, "Kamu cantik sekali dik hari ini." Istriku pun berkata, "Ah Pak Dahlan bisa saja. Kenapa panas sekali yah hari ini." Begitu sekiranya sambung istri saya, dan Pak Dahlanpun tertawa sambil berkata, "Hahaha... Kalau panas dibuka saja bajunya dik." Tanpa disuruh dua kali, istrikupun berdiri sambil mendekat ke arah Pak Dahlan, dengan perlahan istriku melepaskan kaosnya kuning dan celana pendek putih berbunga-bunga nya serta melemparnya ke kursi tempat ia duduk tadi. Pak Dahlan hanya ternganga melihat tubuh istriku yang ternyata tidak memakai Bra dan CD sama sekali. Saya sendiri kaget, saya tidap percaya bahwa istri saya pergi ke rumah Pak Dahlan tanpa mengenakan pakaian dalam sama sekali. Pantas saja dari tadi Pak Dahlan menatap istri saya dalam-dalam apakah karena hal itu? Apakah hal ini sudah di rencanakan oleh istri saya? Saya sendiri tidak tahu. Pikiran berkecamuk di kepala saya. Tetapi apa daya saya tidak mampu melakukan apapun dari sini. Pak Dahlan menatap tubuh istriku yang berdiri didepannya polos tanpa sehelai benangpun. Cukup lama ia menatap istriku sambil tercengang. Lalu istriku merasa malu dan berusaha menutupi dadanya dengan tangan kanannya serta vaginanya dengan tangan kirinya, sambil berkata, "ihhh... Pak Dahlan sudah dong... jangan dilihatin terus, kan malu!"
Perkataan istriku itupun, membuyarkan lamunan Pak Dahlan. Akhirnya Pak Dahlan berseru,"Wah kok tubuhmu makin bagus dik, sudah lama saya tidak melihatnya tapi kok rasanya jadi makin sexy yah." Istriku tersipu malu berusaha menutupi tubuh telanjangnya itu. Saya sendiri berpikir sudah berapa lama yah saya tidak berhubungan intim dengan istri saya, dan saya tidak begitu memperhatikan bahwa tubuh istri saya rasanya berubah, menjadi lebih mulus dan sexy. Apa yang ia lakukan saya juga tidak tahu. Pak Dahlan melanjutkan lagi, "Wah dengan tubuh sebagus itu, kamu mau saya apakan dik?" Istriku nampak seperti melotot ke arah Pak Dahlan. Pak Dahlan pun tertawa terbahak-bahak melecehkan istri saya yang sedang telanjang bulat didepannya itu, "Hahaha... Hayo mau diapakan bilang saja... Jangan malu-malu" Istri saya bernada kesal berbalik badan ingin meraih pakaian nya dia. Lalu Pak Dahlanpun berseru, "Kalau kamu pakai perjanjian kontrak rumah suami kamu batal loh yah!" Deg... Rasanya kepalaku seperti digebuk batu beton, ternyata memang Pak Dahlan sudah menginginkan ini sejak awal. Istrikupun berhenti melangkah dan berbalik ke arah Pak Dahlan lagi sambil merengek, "Ya tapi jangan di pelototin terus dong akh... Ayo kalau mau...!!!"
Pak Dahlan sambil tersenyum-senyum berkata lagi, "Ayo apa yah dik? Saya kan tidak mengerti? Hehehe..." Istriku bernada sebal lagi,"ikhh!!! Sudah ah! " Istriku berjalan dan duduk di kursi tempat aku duduk tadi masih tetap dengan telanjang bulat hanya duduk saja di sana sambil membuang muka dari Pak Dahlan karena sebal. Pak Dahlan masih tetap ingin menggoda istri saya, "Lho! Kok marah, kalau marah hilang loh cantiknya! Dan juga hilang loh rumahnya! Hihihihi... Kamu mau apa dik, bilang saja sama saya, pasti saya kabulkan kok!" Istri sayapun melotot ke arah Pak Dahlan, sambil berkata, "Saya mau pakai baju saya!" Sambil mengambil kaosnya dan bersiap-siap memakainya. Pak Dahlanpun mencegah dengan berkata, "Etisss... Ingat kalau pakai baju batal lho perjanjian kita! Kan kamu sendiri yang datang ke sini dan melepas pakaianmu, apa lagi sudah tidak memakai Bra dan CD sama sekali. Hayo..." Akhirnya istri saya meletakkan bajunya kembali, dan terdiam tidak mampu berkata apapun. Pak Dahlanpun berkata lagi,"Saya tanya lagi ya dik, kamu mau apa ke sini? Hehehe..." Istriku dengan sebal menatap Pak Dahlan dan akhirnya menyerah berkata, "Mau Bercinta!!! PUAS?!" Pak Dahlan tertawa terbahak-bahak,"Hhuahahahaha... Gitu dong! Ayo sini saya berikan kepuasan yang tidak dapat diberikan oleh suami kamu"
Tanpa disuruh keduakalinya, istri sayapun beranjak berdiri dan melangkah ke arah Pak Dahlan. Lalu, istrikupun berjongkok di depan Pak Dahlan sambil membuka sabuk dan reseleting celana jeans Pak Dahlan. Tidak lama kemudian menyembulah senjata Pak Dahlan yang tegak dan keras berdiri dengan gagahnya di depan muka lugu istriku yang manis ini. Seperti anak kecil menginginkan permen, istriku langsung saja melahap senjata Pak Dahlan itu dengan liarnya. Dengan cukup mahir Yola, istriku, memainkan lidahnya di ujung kepala senjata Pak Dahlan. Menjulurkan lidahnya dan menjilat senjata Pak Dahlan dari bawah ke atas sambil menatap Pak Dahlan dengan genit dan melakukan gerakan sexy. Aku tidak menyangka sama sekali bahwa Yola begitu mahir dalam melakukan itu. Padahal saya sendiri tidak pernah mendapatkannya di rumah. Setiap kali saya suruh ia selalu saja merasa jijik. Kuluman ini masih terus berlanjut, hingga beberapa menit. Saya mulai terangsang melihat aksi ini, senjata saya sudah mulai berontak di bawah sana.
Panas terik sekali di tempat saya mengintip. Keringat saya bercucuran tidak karuan. Tetapi, ternyata bukan hanya saya yang berkeringat, begitu juga Yola dan Pak Dahlan, memang sangat panas hari ini. Akhirnya Pak Dahlan merasa kegerahan, iapun berinisiatif membuka kaos merahnya. Sedangkan Yola berinisiatif untuk menurunkan celana Pak Dahlan dan melepasnya. Kini terpampanglah kedua insan yang telanjang bulat di mana istri saya sedang berlutut melayani dengan penuh keliaran atas senjata tetangga saya. Sayapun memutuskan untuk mengeluarkan senjata saya dan mulai bermasturbasi. Istriku melanjutkan kulumannya, tetapi kali ini kuluman dan jilatan tersebut merambat dari bawah buah zakar Pak Dahlan hingga dada Pak Dahlan yang cukup bidang itu. Sambil menjilati segala keringat yang bercucuran dari tubuh Pak Dahlan istriku terus dengan penuh ketelitian "melayani" dan menjilati seluruh tubuh Pak Dahlan.
Tidak lama kemudian sayapun meledak, tidak tertahankan lagi. Ejakulasi pertama saya disertai sedikit hentakan karena terlalu nikmat. Pak Dahlan dan istri saya nampaknya sedang asik sendiri tidak mendengar hentakkan saya tersebut. Sambil meliuk-liukkan tubuh nya istriku berdiri dan terus meliuk-liukkan pinggul dan menelusuri seluruh tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya di depan Pak Dahlan. Pak Dahlanpun berinisiatif untuk memegang kedua pinggul istri saya yang sedang bergoyang-goyang sambil tersenyum penuh kebahagiaan. Dengan sangat sexy istriku meliuk dan menelusuri tubuhnya dengan tangannya sendiri dari pinggul hingga dadanya, memuntir dadanya sendiri, meremasnya, lalu menjilat tangannya, mengulum tangannya sendiri hingga rambutnya di sibakkan ke arah atas dan dibuka ikatannya. Hingga rambut istriku terurai dengan sexynya. Tangan Pak Dahlan pun beranjak dari pinggang hingga perut istriku dan mulai meraba dada istriku. Istriku masi memainkan rambutnya beberapa saat lalu membantu tangan Pak Dahlan untuk meremas dadanya lebih kencang lagi. Jadi dada istriku diremas oleh Pak Dahlan, lalu tangan Pak Dahlan dibimbing dan diremas oleh istriku sendiri. Semakin sexy dan semakin liar istriku menjadi-jadi dan mendesah untuk pertama kalinya, "uuaaahhh.... hmmm.... ssssshhh.... yeeaahhhhhh...."
Setelah puas memainkan dadanya bersama Pak Dahlan, istriku menuntun tangan Pak Dahlan ke bawah ke arah Vaginanya sendiri sambil menaikkan kaki kanannya ke arah bangku yang diduduki oleh Pak Dahlan. Tanpa harus bersusah payah, mungkin karena sudah basah sekali, jari tangan Pak Dahlan dengan mudahnya masuk ke vagina istriku. Istriku pun mendesah penuh kenikmatan lagi, "oooohhhhhhh.......... ehghhhm...." Entah sadar atau tidak, pinggul istriku mulai bergoyang mengikuti iriama jari Pak Dahlan, disertai dengan tangan kanan istriku memainkan rambutnya sendiri dan tangan kirinya memilin-milin putingnya sendiri. Dengan memejamkan mata dan menatap ke langit-langit istriku mendesah lagi, "sssshhh.... gilaaa.... ohhhh.... ohhh... ughghhhh...." Pak Dahlan membuka perkataan, "Enak yah dik? Kamu sexy sekali dik" Istriku sambil memejamkan matanya dan mengadah ke atas mengangguk-anggukkan kepalanya. Saya melihat jam dinding di rumah Pak Dahlan sudah menunjukkan pukul 14:50 sore. Sekiranya permainan ini sudah berlangsung 30 menit lamanya.


Cukup lama mereka di posisi itu, lalu, istri saya nampak seperti cacing kepanasan, "ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh............ ahhhhhhhhhh......" Sepertinya istriku mengalami orgasme pertama kalinya hanya dengan jari Pak Dahlan. Setelah terdiam beberapa saat, dengan masih posisi jari menancap pada liang vaginanya, istriku terengah-engah dan tersenyum puas menatap Pak Dahlan. Lalu Pak Dahlan membalas senyuman istriku sambil menarik jarinya dari vagina istriku. Tanpa menunggu lama istrikupun menunduk dan menjilati jari Pak Dahlan yang penuh cairan cintanya sendiri. Aku tidak pernah melihat istriku seperti ini sebelumnya. Apakah sekaran istriku telah berubah menjadi seliar ini, apa yang terlah terjadi setelah pemerkosaan waktu itu? Saya benar-benar melihat istriku perbedaan yang cukup besar pada istriku setelah pemerkosaan itu. Pak Dahlanpun terkaget melihat tingkah istriku itu. Seusai membersihkan tangan Pak Dahlan, istriku menarik Pak Dahlan untuk berdiri dan menuntunnya ke arah pintu masuk rumah Pak Dahlan, di mana tempat tadi aku pulang dan istriku mengunci pintu tersebut. Sambil berdiri di dekat pintu itu, istriku mencium Pak Dahlan dengan liarnya mereka saling berpangut lidah. Dengan keringat yang terus bercucuran terlihat dari dahi mereka dan punggung mereka masing-masing. Keringat mereka bersatu-padu menjadi sebuah pasangan dua sejoli yang sempurna.
Saya sendiri melihat aksi mereka berciuman seperti sepasang kekasih yang telah lama tak jumpa. Jika suatu hari nanti istriku meninggalkanku untuk menikah lagi dengan Pak Dahlan mungkin saya tidak begitu kecewa karena saya melihat pasangan ini benar-benar sempurna. Begitu sekiranya yang ada di pikiranku yang sedang kacau saat itu. Setelah berciuman dengan liarnya, Pak Dahlan mendorong istriku ke arah pintu hingga pintu itupun bergetar seperti ingin terbuka, karena daun pintu itu ada 2 kanan dan kiri dan masih menggunakan kunci kuno, jika di dorong dari dalam dengan kuat pasti akan terbuka. Entah mereka menyadari itu atau tidak, tetapi saat ini yang ada dipikiran mereka hanyalah bercinta begitu juga dipikiranku. Saya melihat istriku benar-benar bersandar dipintu itu sambil menganggkat 1 kaki kiri nya berpijak pada pintu itu. Tangan-tangan istriku meremas rambut Pak Dahlan yang sedang menciumi leher dan pundak lalu beralih ke buah dada istriku, menjilatinya, menghisapnya.
Dengan tetap menengadah ke langit-langit istriku memejamkan matanya menikmati apa yang diperlakukan oleh Pak Dahlan terhadap tubuhnya. Tangan Pak Dahlan pun bergerilya ke arah pantat istriku meremasnya, mengguncangkannya, dan membukanya ke kanan dan ke kiri. Pak Dahlan melakukan itu semua berulang-ulang terhadap istriku. Entah sudah berapa menit berlalu, pandangan saya saat itu, serta pikiran saya, hanya berharap agar istriku cepat-cepat dimasuki oleh senjata Pak Dahlan. Entah mengapa pikiranku merasa ingin sekali melihat istriku puas oleh senjata Pak Dahlan yang sedang mematung dengan kerasnya itu. Istriku mulai menggeliat-geliat terbawa suasana yang panas ini, "Ohhh... Ughh... owghhh..." Berulang-ulang terucap keluar dari mulut istriku menikmati cumbuan Pak Dahlan terhadap tubuh telanjangnya yang mengkilat karena keringat. Sepertinya istriku mulai tidak tahan, dengan sendirinya istriku mengangkat kaki kanannya berpijak ke laci pendek yang ada di dekat pintu itu. Dengan sendirinya tangan kanan istriku turun ke arah vaginanya sendiri dan memasukkan jarinya ke sana. Semakin liar istriku mendesah, "Yahhhh... yahhh... ssshhh.... oohhhh... yahhh..." Pinggul dan pantatnnya mulai bergoyang mengikuti irama jarinya sendiri.
Entah sadar atau tidak, istriku meracau dan berkata kepada Pak Dahlan, "Mashhh.... masukkk...in..." Pak Dahlan diam saja dan masih asyik mengulum dada istriku tanpa memperdulikan racauan istriku. Sekali lagi istriku meracau, "Masssshhh... ayooo... Yola sudah ndak tahan masshhh... ouughhh..." Akhirnya Pak Dahlanpun berhenti mengulum dada istriku bukannya segera memasukkan senjatanya ke dalam vagina istriku tetapi ia malah berlutut di depan vagina istriku dan menjilatinya serta menyedot-nyedot vagina istriku itu. Semakin gila istriku dibuatnya, "Aahhhhhh...... sssshhhhh...... awwwhh... enakkk... sssh... enakkk... ohhh... yahh ... terussshhh..." Saya melihat Jam dinding sudah menunjukkan Pukul 15:15 sore, belum ada tanda-tanda pertarungan ini akan berakhir. Sepertinya Pak Dahlan tidak akan mengembalikan istri saya sebelum iya sedot habis cairan tubuh istriku hari ini. Akhirnya istrikupun orgasme lagi untuk yang kedua kalinya, "Ampuuuunnnhhh...... ahhhhhhhhhhh..............." Setelah mendengar lenguhan panjang itu, istrikupun terkulai lemas bersandar pada pintu. Dan Pak Dahlan menghentikan sedotannya terhadap vagina istriku, sambil berdiri dan menatap penuh kemenangan terhadap istriku yang terkulai lemas dengan kaki tetap mengangkang menghadap dia.
Tetapi nampaknya Pak Dahlan tidak memberikan kesempatan istriku untuk beristirahat karena melihat vagina yang ternganga dengan bebas di depan mukanya, dengan kasarnya Pak Dahlan memasukkan senjatanya ke arah vagina istriku yang terpampang dengan bebasnya. Setelah senajata Pak Dahlan berhasil memasuki liang vagina istriku, ia mulai menggoyangkannya, memaju mundurkan senjatannya di dalam vagina istriku. Hal ini membuat tubuh istriku bergetar bersamaan dengan pintu itu, tetapi istriku masih sangat lemas karena orgasme keduanya tadi. Tetapi apa daya istriku tidak mampu menolak serangan bertubi-tubi dari Pak Dahlan ini. Pak Dahlan menciumi bibir istriku, leher, dan menghisap-hisap dada istriku, dengan bertubi-tubi, pintu Pak Dahlan bergetar-getar hebat. "Owgghhh.... ssshhh.... asssshh.... yaahhh......", begitu sekiranya racuan istriku. Sekitar 15 menit mereka dalam posisi ini, Pak Dahlan berinisiatif ingin memposisikan istriku menungging. Istriku meracau berulang-ulang, "Ssshhh... hmpbhh.... yahhh...yahhh..." Lalu dengan kasarnya Pak Dahlan menarik tangan kiri istriku dan diputarnya badan istriku menghadap pintu. Dengan reflek cepat istriku menahan tubuhnya dengan kedua tangannya pada pintu itu dan tanpa harus di suruh istriku merenggangkan kedua kakinya agar mempermudah Pak Dahlan memasukkan senjatanya dari belakang.
Dengan perlahan tapi pasti, senjata tersebut masuk ke dalam vagina istriku dari arah belakang. Secara cepat Pak Dahlan menggenjot istriku dari belakang, suara pintu semakin keras dan heboh, sepertinya ini membuat nafsu Pak Dahlan semakin menjadi-jadi. Istrikupun menjerit keenakan, "AHH... TERUSSSHHHH... YAHHH.... YAHHH.... MASSSHHH...." Guncangan semakin kuat dan kasar, terdengar suara bertabrakan antara kulit Pak Dahlan dan pantat istriku, "plok... plok..." Semakin cepat guncangan itu, istriku dan Pak Dahlan seperti sudah diujung tombak, kedua kekasih ini sangat mengharapkan ejakulasi dan orgasme mereka sebentar lagi. Tiba-tiba saja pintu tersebut sudah tidak mampu lagi menahan tubuh istriku dan hasilnya kedua daun pintu itu terdorong oleh istriku dan terbuka lebar, istriku dengan tanggap tangannya bertumpu pada kedua tembok pada kiri dan kanan sehingga tidak terjatuh ke depan. Istriku berpaling ke arah Pak Dahlan sambil sedikit tertawa, mungkin ia menyadari betapa hebohnya permainan mereka. Pak Dahlan melihat hal tersebut bukannya segera menghentikan aksi gila ini, malah semakin menjadi-jadi dan tersenyum ke arah istriku. Istrikupun tampak mengerti keadaan mereka sangatlah tanggung, maka istriku sambil melihat ke arah jalanan ke kanan dan ke kiri, jalanan tampaknya sepi pada sore ini.
Tetapi biasanya sore hari banyak orang yang akan lewat untuk pulang ke rumah masing-masing setelah bekerja di sawah. Setelah dirasa aman istriku semakin liar, mengikuti irama sodokan dari Pak Dahlan. Akupun tidak tahan lagi bermasturbasi dengan hebohnya di posisi ini. Seperti sudah tidak perduli lagi dengan lingkungan istriku memejamkan mata dan menengadah ke langit-langit, begitu juga dengan Pak Dahlan dengan hebohnya sambil memejamkan mata dan menengadah ke langit-langit. Tanpa takut permainan gila mereka dilihat oleh orang sekitar, mereka semakin gila dan heboh, istri saya semakin meracau, "Massshhh... enakkk.... iniiii....... gilaaaaaaaa... masshhh........ ohhh....... terussshhhhhhhhh.... terushhhhhh.... gilaaaaaaaa..." Pak Dahlan semakin menggila dan menampar Pantat istriku dengan kasarnya, istriku pun semakin gila, "Aihhh... terushhhh... jangan berhentii..... ahhh... lagii... lagiii..." Terdengar suara tamparan, Plakk.... "Lagi... masshhh lagi... ohhh" Lagi-lagi tamparan Plakkk...., "Ohhh... keras... keras... lagi..." Aku juga sudah tidak tahan lagi dan berlari ke arah belakang rumah karena takut terdengar oleh mereka untuk mengeluarkan cairanku. Setelah usai mengeluarkan cairanku aku melihat permainan mereka masih berlanjut, tetapi aku mendengar suara langkah kaki dari sana, ternyata itu adalah PakDe Sukiman. Dia adalah salah satu petani tua di desa ini, dan juga anak buah saya yang bekerja di sawah saya, memiliki istri yang juga sudah tua, serta satu orang anaknya sudah bekerja di kota. Dengan tercengang PakDe Sukiman melihat istri saya digenjot dan dipukuli oleh Pak Dahlan.
Tidak lama setelah itu Pak Dahlan nampak menyadari kehadiran PakDe Sukiman, dan dengan hanya mengangkat tangan kanannya seperti mengucapkan salam kepadanya, lalu kembali menggenjot istri saya. "JANGAN BERHENTI!!! Ayooo dongg tampar lagi!!! Ssshshhh....", Nampaknya istri saya belum menyadari hal itu, jika dari posisi PakDe Sukiman, saya yakin dapat terlihat dengan jelas buah dada istri saya berguncang hebat menghadap jalanan tempat ia berdiri. Tidak lama kemudian baik Pak Dahlan maupun istri saya melenguh panjang dan berteriak dengan lantang, "AHHHHHHHHHHHHHH......... GILAAAAAAAAAAAA.... PAAAKKKK DAHLAAANNNNNNNNN............" Lalu menundukkan kepalanya sambil terengah-engah karena orgasme yang di dapatkannya. Cukup lama istriku kelelahan dengan posisi yang masih sama senjata Pak Dahlanpun di lepaskan dari vagina istriku yang berceceran sperma dan cairan cintanya sendiri. Lalu dengan tenangnya memanggil PakDe Sukiman, "PakDe, ada perlu sama saya?" Tiba-tiba istri saya terkaget, dan melihat ke arah jalanan, mendapatkan PakDe Sukiman sedang tercengan melihat tubuh telanjang istriku yang mengkilat karena keringat serta rambutnya yang acak-acakan serta cairan sperma yang menempel di vaginanya.
Dengan penuh kelelahan dan nafas yang tersengal-sengal, istri saya berusaha untuk berbalik badan dan berlari ke arah dalam rumah, akan tetapi di tahan oleh Pak Dahlan sehingga tubuh mereka berpelukan. Sekali lagi Pak Dahlan memanggil PakDe Sukiman, "Mari masuk Pak Sukiman. Tidak usah sungkan." Sayapun melihat PakDe Sukiman terlihat dengan mimik muka seperti memiliki 1000 pertanyaan di benaknya, berusaha berjalan ke dalam rumah Pak Dahlan melewati tubuh telanjang istriku dan Pak Dahlan yang sedang berpelukan. Karena kursinya penuh dengan pakaian istri saya yang berantakan dan tas istri saya, sehingga PakDe Sukiman bingung ingin duduk di mana, maka Pak Dahlan menyuruh istri saya,"dik tolong rapihkan pakaian dan tasmu PakDe mau duduk tuh." Sambil berusaha menutupi mukanya dengan rambut istriku melepaskan pelukan Pak Dahlan, dan berjalan secara perlahan melewati PakDe Sukiman, untuk mengambil pakaiannya dan tasnya itu.
Ketika istriku ingin berjalan ke arah belakang, tangan istriku ditarik oleh Pak Dahlan dan disuruh duduk di sebelah Pak Dahlan bersebrangan dengan tempat duduk PakDe Sukiman. Dengan santainya Pak Dahlan yang telanjang bulat penuh dengan keringat, serta cairan cinta istriku yang menempel pada senjatanya yang coklat terlihat mengkilat, berkata kepada PakDe Sukiman, "Ada keperluan apa yah Pak?". PakDe Sukiman terbangun dari lamunannya memandangi istri saya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Seperti sedang menelanjanginya, hanya saja kini istriku sudah dalam keadaan telanjang bulat tubuh penuh peluh keringat, dengan nafas masih terengah-engah, serta ciaran sperma terlihat mengkilat di vaginanya. Istriku menyadari bahwa tubuhnya sedang disorot seperti lampu senter, sehingga ia merasa malu dan enggan terhadap PakDe Sukiman, lalu istrikupun berusaha menutupi tubuhnya dengan tangan dan berbisik ke Pak Dahlan. Mungkin ia minta izin untuk ke belakang dan berbenah.
Lalu Pak Dahlanpun, berkata, "Boleh, tapi pamit dulu dengan PakDe Sukiman dong." Yola nampak sangat malu sekali, sambil berusaha menatap wajah PakDe, ketika istriku ingin berkata sesuatu tetapi sepertinya terlalu berat karena malu, PakDe memotongnya untuk memecah suasana. "Bu Yola, tadi saya ke rumah loh, tapi tidak ada orang di sana. ", begitu sekiranya kalimat dari PakDe Sukiman sambil tersenyum simpul. Istriku berusaha menghiraukan dan berkata, "Lho!? Bukannya ada suami saya di sana pak? Tadi suami saya sudah pulang ke arah rumah kok." PakDe pun menyambung lagi, "Saya sudah ketuk berkali-kali, bu. Mau laporan kepada Pak Naryo soal hasil panen sekalian minta gaji bulan ini. Eh... ternyata tidak ketemu Pak Naryo malah ketemu Ibu di sini. Hehehe..." Sambung istriku, "Oh... mungkin dia sedang ketiduran pak..." PakDe Sukiman pun semakin berani, "Kasihan yah suaminya tidur sendirian sementara istrinya sedang menemani tetangganya hehehe..." Istirku nampak sebal sekali dan lalu ia berpamitan sepertinya ia ingin ke kamar mandi, "Saya permisi dulu Pak"
Baru saja berdiri dari kursi tempat istri saya duduk, PakDe Sukiman berkata, "Eh Bu Yola, itu ada yang ketinggalan..." sambil menunjuk kursi tempat istri saya duduk. Istri sayapun berbalik dan menoleh untuk melihat ada apa di kursi tersebut. Pak Dahlanpun tertawa terbahak-bahak disusul oleh tawa dari PakDe Sukiman. Istri saya nampak malu sekali mukanya memerah padam, bahwa di kursi itu ada cairan sperma Pak Dahlan bercampur dengan cairan cintanya menetes di sana. Istri saya bertanya kepada Pak Dahlan, "Lap atau Tissue ada di mana yah?" Pak Dahlan menimpali lagi, "Biasanya kamu tidak membutuhkan Lap ataupun Tissue dik, langsung kamu telan habis... Huahahahaha..." Lagi-lagi Pak Dahlan melecehkan istriku. PakDe Sukiman pun menyambung, "Wah... Ternyata Bu Yola ini suka sperma yah. Berbeda sekali dengan istri saya." Tanpa berlama-lama lagi istriku membersihkan kursi itu dengan tangannya lalu di bawanya dengan langkah jijik ke arah kamar mandi Pak Dahlan.
Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 16:00 sore, Saya melihat istri saya sudah berada di dalam kamar mandi, sedangkan Pak Dahlan masih di ruang tamu mengenakan pakaiannya di depan PakDe Sukiman, sambil berkata, "Man, ada apa kamu ke sini?" PakDe Sukiman pun menimpali, "Mau ikutan nyicipi Bu Yola. Hehehe..." katanya sambil bercanda. Lalu PakDe Sukiman pun melanjutkan, "Sebenarnya saya tadi hanya berjalan pulang ke rumah Pak. Tetapi kaget sekali saya melihat Bu Yola sedang melakukan atraksi dengan bapak." Pak Dahlanpun tertawa terbahak-bahak, "Hahaha... Bisa saja kamu... Saya rasa kamu dengan istrimu juga pernah melakukan atraksi begitu." PakDe Sukimanpun berusaha meyakinkan lagi, "Ah tidak mungkin pak istri saya mau diajak seperti itu. Menghisap itu saja saja tidak mau pak." Pak Dahlan berkata lagi, "Wah kasihan kamu man... Apakah kamu mau saya pinjami Bu Yola khusus hari ini saja?" Orang tua ini merasa kaget kegirangan, "Ah... Yang benar pak? Masa ia dikasih bidadari cantik saya menolak pak?" Pak Dahlanpun menimpali, "Tetapi kamu tidak bisa melakukannya di sini, karena sebentar lagi istri saya pulang." Dalam hatiku, "Berengsek ini Pak Dahlan, katanya tadi mau mengantar istriku ke kota untuk ketemu dengan Bu Yeni, ternyata malah sebaliknya."


PakDe Sukiman pun meneruskan, "Wah tenang pak, di rumah saya sedang tidak ada orang, istri saya sedang ke kota beberapa hari bersama anak saya." Pak Dahlan dan PakDe Sukiman terus berbincang soal pinjam meminjam istri saya, dan membanding-banding kan istri saya dengan wanita-wanita di desa ini. Sementara di kamar mandi terdengar istri saya sudah selesai mandi dan berjalan ke arah ruang tamu dengan hanya mengenakan handuk. Pandangan tajam dan tersenyum lebar dilontarkan oleh PakDe Sukiman kepada istri saya di sana. Dengan sangat canggung, istri saya berkata, "Ma.. af..., baju saya ketinggalan." Setelah mengambil pakaiannya, istri saya kembali ke kamar mandi. Pembicaraan antara Pak Dahlan dan PakDe Sukiman masih berlanjut. Beberapa menit kemudian istri saya kembali ke ruang tamu sudah berpakaian lengkap (mungkin masih tanpa pakaian dalam, saya kurang jelas melihatnya dari sini). Istri saya nampak sudah rapih, bersih, wangi (mungkin), dan siap dipakai lagi untuk ronde selanjutnya.
Istri saya dipersilahkan duduk oleh Pak Dahlan tepat di sebelahnya, "Dik sini duduk sini..." Istri saya pun menuruti untuk duduk di sana, lalu Pak Dahlan kembali membuka topik, "Dik, kamu tolong bantu PakDe Sukiman yah di rumahnya sekarang." Istri sayapun mengkerutkan dahinya karena bingung, "Maksud mas?" Pak Dahlan melanjutkan lagi, "Jadi gini dik Yola, PakDe Sukiman tidak pernah mengalami permainan bercinta liar seperti kita tadi. Dia merasa iri sekali dengan kita. Saya prihatin kepada PakDe Sukiman, akhirnya saya bilang saja kalau saya pinjami kamu khusus hari ini. Besok kamu boleh pulang kok." Istriku melotot tajam kepada Pak Dahlan, lalu melirik PakDe Sukiman dr ujung kaki hingga ujung kepala. Seorang petani yang sudah tua sekitar 55-65 tahun, berbaju kotor penuh tanah, bau keringat yang khas terpancar dari tubuhnya (setahu saya). Setelah cukup lama ruangan itu dalam kondisi sunyi, istri saya, Yola, akhirnya membuka mulut, "Tttaa... pi... Pak, saya kan harusnya membantu Mbak Yeni." Pak Dahlan melanjutkan, "Sudah kamu tenang saja, kalau kamu ikut dengan PakDe Sukiman, urusan rumah saya anggap beres semua. Kamu tidak usah repot-repot membantu Mbak Yeni lagi. Bagaimana?"
Istriku terdiam cukup lama sambil menundukkan kepala, tidak lama kemudian Pak Dahlan bertanya lagi, "Bagaimana dik? Kasihan tuh PakDe Sukiman kamu sih tadi tidak menutup pintunya, malah dibuka lebar-lebar. Hehehe..." Begitu kira-kira kata2 merendahkan dari Pak Dahlan terhadap istriku. Istriku melotot sebal, "Idihhh bukan saya yang buka!? Pintunya tuh yang tidak kuat menahan." Pak Dahlan dan PakDe Sukiman serentak tertawa bersama-sama, "Hahahaha..." Istriku melanjutkan sebalnya, "Iiikkkhhhh...... Apaan sich...!" Lalu PakDe Sukiman mencoba mendapatkan istri saya dengan berkata, "Bu Yola, ibu ini wanita yang saya idam-idamkan sejak dulu, kalau ibu rela membantu saya yang sudah uzur ini, saya akan sangat berterima kasih dan berjanji tidak membocorkan hal ini kepada Pak Naryo. Hehehe..." Dengan liciknya iya tertawa. Istriku nampak pasrah tidak bisa mengelak lagi, akhirnya istriku menundukkan kepala sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju. Pak Dahlan dan PakDe Sukiman merasa senang sekali berhasil menaklukan istri saya.
Tanpa berlama-lama PakDe Sukiman berdiri dan berpamitan dengan Pak Dahlan, "Baiklah Pak, terima kasih banyak atas hadiahnya! Saya berjanji akan memperlakukannya dengan baik. Lagipula dia kan istri dari majikan saya, kalau istrinya lecet sedikit kan saya bisa dipecat! Hahahaha...." Pak Dahlan hanya ikut tertawa. PakDe Sukiman pun memanggil istri saya, "Mari Bu Yola pergi ke rumah saya." Sebelum pergi saya melihat jam dinding menunjukkan Pukul 17:00 sore, sebenarnya sekitar jam 18:00 saya harus pulang dulu ke rumah untuk menyalakan lampu rumah jika tidak akan sulit sekali saya menyalakannya nanti karena gelap. Aku memutuskan untuk mengikuti istriku dulu hingga sampai di rumah PakDe Sukiman. Baru separuh perjalanan, tiba-tiba saja langit bergemuruh dan hujan deras sekali, Yola, istri saya dan PakDe Sukiman maupun saya sendiri basah kuyub. Saya melihat kaos kuning istri saya basah kuyub, dan saya teringat bahwa istri saya tidak memakai bra pasti PakDe dapat melihatnya dengan leluasa bentuk payudara istri saya. Tak lama kemudian PakDe menunjuk sebuah bale-bale di tengah sawah. Saya melihat istri saya dan PakDe berlari-lari ke arah sana. Bale-bale ini memiliki setengah dinding jerami di setiap sisi nya sehingga aman dan nyaman untuk berteduh, saya dulu juga sering tidur siang di situ.Dan juga jika kita berposisi duduk yang kelihatan dari luar hanya pundak sampai kepala saja, sisanya tertutup oleh dinding jerami. Saya melihat PakDe dan Istri saya berteduh di Bale-Bale dekat sawah situ. Saya tidak mungkin bisa mengikuti mereka, karena bale-bale itu terletak di tengah-tengah sawah, jadi tidak ada tempat untuk saya bersembunyi. Jadi saya hanya dapat melihat dari jauh di balik pepohonan.
Dari kejauhan terlihat Ternyata mereka tidak sendirian di sana, ada beberapa orang juga yg berada di sana tapi saya tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang itu. Sejauh saya melihat ada 2 orang lagi di sana sedang berteduh. Sepertinya petani yang baru selesai bekerja dan berteduh di sana karena hujan. Sebenarnya sawah di sini juga ada beberapa milik saya. Jadi memang beberapa petani di sini adalah temannya PakDe Sukiman dan juga para petaninya saya. Saya tidak tahu apa saja yg terjadi di sana karena saya tidak bisa mendengar percakapan mereka dan hujan sangat lebat saya tidak bisa melihat dengan jelas apa yg terjadi di sana. Sekitar 10 menit sudah berlalu, saya tetap tidak bisa melihat apapun, tidak lama kemudian saya melihat baju kuning istri saya dijemur di dinding jerami bale-bale tersebut, dan juga celana pendeknya. Dan juga tidak lama kemudian ada 3 baju lain dan 3 celana lain menyusul diletakkan di sebelah pakaian istri saya. Tetapi, bukankah istri saya tidak memakai dalaman sama sekali? Lalu, apa yang terjadi mengapa semuanya terlepas? Berarti Yola, istri saya sedang telanjang bulat tanpa dengan ketiga petani tersebut? Saya benar-benar pusing tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Saya benar-benar terbakar oleh cemburu, saya tidak tahu lagi harus bagaimana, karena saya tidak bisa melihat apapun dari sini, mendengar suaranya pun tidak, hanya hujan yang keras yang terdengar olehku. Tetapi samar-samar aku dapat melihat kepala dan bahu mereka dari kejauhan, pada mulanya terlihat seperti istri saya berada di pojok belakang bale-bale tersebut, sedangkan para pria ada di sisi lainnya. Tidak lama kemudian, salah satu pria dari sisi lain tersebut menghampiri istri saya di pojok sana. Terlihat kepalanya bergerak maju. Sepertinya kepala pria itu ada di sebelah istri saya dan diam saja disitu, apakah mgkn pria ini sedang memeluk istri saya sehingga tidak kedinginan, karena pakaiannya sudah basah semua. Saya kemudian merasa tenang, sepertinya mereka hanya berbagi kehangatan tubuh sehingga tidak perlu kedinginan. Karena sejujurnya saya sudah mengigil di sini, tetapi karena nafsu yang melanda di dalam diri saya sepertinya badan bagian dalam saya terasa hangat. Mungkin itu juga yang sedang dirasakan istri saya bersama ketiga pria di sana. Cukup lama pria itu di sebelah istri saya, saya tidak tahu apa saja yang dilakukan oleh peria itu. Tetapi, kemudian nampak kepala istri saya turun ke bawah sehingga saya tidak dapat melihat lagi kepala istri saya, yang terlihat hanya kepala 3 pria itu.
Saya benar-benar tidak mengerti apakah istri saya sedang tiduran? Atau sedang mengigil kedinginan? Beribu pikiran berkecamuk di kepalaku, tidak lama kemudian salah satu dari kedua pria yang duduk di pojok sisi lain, berjalan mendekati pojok tempat istri saya menghilang tadi. Lalu, kepala pria itu juga ikut menunduk menghilang dari balik dinding bale-bale tersebut. Semakin banyak pertanyaan di kepalaku. Beberapa menit kemudian, pria yang terakhir tadi berdiri juga mendekat ke arah sana, tetapi sepertinya dia duduk atau berlutut di sekitar istri saya. Jadi saat ini yang terlihat hanya dua kepala pria yang satu berada di pojok belakang yang satu berada di tengah bale-bale sedangkan istri saya menghilang di antara kedua orang itu. Saya tidak tahu apa yang terjadi raut wajah orang nya pun saya tidak bisa melihatnya.
Tidak ada tanda-tanda hujan akan reda sejauh ini, beberapa menit sudah berlalu dan terasa sangat lama sekali. Tiba-tiba saya saya melihat salah satu pria yang menghilang tadi berdiri, disusul dengan kedua pria lainnya semua berdiri, dan kepala istri sayapun sudah terlihat berarti dia dalam posisi duduk atau berlutut. Tidak begitu jelas apa yang terjadi tetapi kepala istri saya nampak berpindah-pindah dari satu pria ke pria yang lain secara berurutan. Kalau dari posisi saya mengintip seperti sedang ngobrol, tetapi jika dipikir-pikir secara negatif, apakah istri saya sedang melakukan blow job kepada ketiga pria ini? Yang benar saja? "Ah yang benar saja, tidak mungkin dia begitu", dalam pikiran saya tidak bisa mempercayainya. Pria yang berada di posisi paling pojok tadi terlihat melangkah maju, dan dari jauh terlihat kepala istri saya sedang menghadap ke arah dia, jika dilihat dengan seksama memang kepala istri saya seperti sedang mengobrol dengan pria itu. Tidak lama kemudian terlihat pria itu memegangi perutnya atau bawah perutnya, dan tiba-tiba saja dia seperti bersikap menunduk, lalu seperti jatuh sambil duduk di sekitar situ, kepalanya masih terlihat sedang melihat ke arah istri saya yang masih terlihat seperti "ngobrol" dengan kedua pria lainnya.
Beberapa menit kemudian, salah satu pria duduk dan menghilang, seperti sedang tiduran, dan pria satunya seperti sedang memegangi tangan istri saya untuk membantunya berdiri ke arah pria yang menghilang tadi. Setelah itu istri sayapun duduk di sekitar situ tetapi tidak seperti tadi, kali ini duduknya istri saya terlihat lebih tinggi daripada sebelumnya, di sinilah saya baru berpikir, "jangan-jangan istri saya benar-benar sedang melayani nafsu liar ketiga pria ini? Karena demi mencari kehangatan, hanya ini yang dapat istri saya lakukan." Dan benar saja dugaan saya, pria yang satunya berdiri ke arah depan istri saya lagi seperti posisi mengobrol tadi. Hilang sudah semua pikiran mengobrol saya seketika melihat kepala dan pundak istri saya bergerak naik turun, dan samar-samar dapat terlihat payudara 34C milik istri saya bergerak naik turun juga. Saya langsung yakin bahwa pria yang berdiri di depannya sedang menikmati mulut istri saya yang lembut. Cukup lama dalam posisi ini, tiba-tiba pria yang dipojok tadi bangkit berdiri, ke sebelah kiri istri saya dan ia berdiri saja di sana saya tidak begitu jelas melihatnya. Mungkin istri saya sedang melayani senjatanya dengan tangan kirinya, sambil mulutnya terus melayani pria di depannya, dan vaginanya melayani pria di bawahnya.
Beberapa saat kemudian, istri saya sepertinya berhenti naik-turun, setelah diam beberapa saat, kepala istri saya seperti melihat ke arah bawah, dan lalu bangkit berdiri. Pria yang di bawah tadi sudah terlihat kepalanya dan berjalan ke arah air hujan, seperti sedang membersihkan dirinya. Lalu terlihat istri saya berlutut dan kemudian menunduk seperti posisi merangkak, pria yang tadi di depan istri saya berpindah ke arah belakang istri saya, sedangkan pria yang satunya sekarang berada di depan istri saya. Sepertinya istri saya sedang dilayani oleh kedua pria ini dari depan dan belakang. Beberapa menit kemudian, saya melihat hujan sudah mulai reda, dan saya sudah dapat melihat dengan lebih jelas dari remang-remang lampu petromax di sana, bahwa istri saya sedang dipompa dari belakang. Tidak lama setelah hujan reda, pria yang sedang memompa istri saya dari belakang sepertinya mencapai klimaksnya, karena terlihat dia berhenti bergoyang dan menarik pinggul istri saya dengan kedua tangannya untuk menancapkan senjatanya lebih dalam lagi. Setelah terdiam dalam posisi yang sama beberapa saat, pria tersebut terlihat seperti mencabut senjatanya dari belakang istri saya. Tetapi istri saya sepertinya masih melayani pria didepannya, namun sepertinya istri saya menghadap ke atas seperti mengatakan sesuatu kepada pria itu, lalu kepala istri saya menghilang lagi, seperti sedang tiduran, sedangkan si pria sepertinya sedang memposisikan dirinya di depan vagina istri saya.
Dan benar saja, beberapa saat kemudian, kepala pria itu menghilang juga, kemudian beberapa saat lagi muncul lagi, dan menghilang lagi, dan muncul lagi. Saya tidak begitu menyadarinya ternyata, bale-bale itu bergoyang, saya kira tadi pria itu yang bergoyang, ternyata satu rumah bale-bale itupun ikut bergoyang mengikuti irama genjotan pria ini terhadap istri saya. Lama sekali pria ini diposisi tersebut. Saya sudah mulai menggil kedinginan di sini, maka dari itu saya memutuskan untuk bermasturbasi di sini agar terasa hangat lagi. Sambil memikirkan apa yang sedang dilakukan para pria itu terhadap istri saya di bale-bale itu. Terlihat bale-bale bergoyang semakin kencang, dan tiba-tiba saja pria itu berhenti bergoyang lagi, dan menengadahkan kepalanya ke arah atas melihat langit-langit bale-bale itu. Lalu, pria itu mundur dari istri saya, dan terlihat istri sayapun duduk sambil seperti melambaikan tangannya ke arah kedua pria tadi, seperti memanggil mereka, tiba-tiba terdengar suara tawa mereka dari kejauhan. Dan, tak lama kemudian salah satu pria itu berjalan ke arah istri saya dan menciumnya, dan tak lama kemudian istri saya kembali menghilang seperti sedang tiduran. Beberapa saat sudah berlalu, hujan pun sudah reda, jalanan dipenuhi genangan air. Tiba-tiba pria tersebut terlihat seperti berlutut, dan menghilang berlutut dan menghilang, sama seperti pria sebelumnya, bale-bale nya pun terlihat bergoyang lagi. Dan, tanpa kuduga-duga, goyangan semakin cepat, semakin tidak karuan, tiba-tiba saja terdegar teriakan orgasme istri saya cukup keras, "Ouggghhhhh... .Ahhhh........ Yahhhhhhhhhhhhhhhhhh.........." Sepertinya istri saya mencapai klimaks nya. Dan si pria jg sepertinya mengajak istriku separuh duduk sehingga terlihat sedikit kepalanya, dan pria itu mengocok senjatanya sendiri di hadapkan ke arah muka dan tubuh istri saya. Saya tidak dapat melihat dengan jelas apakah sudah tercecer spermanya ketubuh istri saya. Tetapi, pria itu sudah berjalan menjauh dari kepala istri saya tadi. Setelah itu kepala istri saya pun menghilang sepertinya sedang tiduran kelelahan.


Beberapa pria-pria lain sudah mulai berpakaian kembali, disusul oleh pria yang baru saja klimaks tadi, tetapi belum ada tanda-tanda istri saya berdiri ataupun bergerak dari posisinya tadi. Sepertinya kedua pria berpamitan, dan meninggalkan seorang pria di bale itu bersama istri saya yang masih juga belum bergerak dari posisinya. Tidak lama kemudian saya melihat istri saya duduk sambil bersandar di dinding bale-bale itu. Tetapi sepertinya dia masih belum juga berpakaian, apakah ia terlalu lemas untuk berdiri? Terlihat mereka sedang berbicara, tetapi saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Cukup lama istri saya berbicara sambil telanjang, akhirnya sekitar 5-10 menit kemudian, pria itu mengambilkan pakaian istri saya dan memberikannya kepada istri saya. Tetapi ternyata itu hanyalah pancingan saja, pakaian istri saya dibawa lari keluar oleh nya. Dan seperti memanggil-manggil istri saya untuk keluar dari bale-bale itu. Setelah keluar dari bale, saya baru tahu bahwa orang itu adalah Pak Nizam (jika kalian masih ingat di cerita-cerita sebelumnya). Lalu ke manakah PakDe Sukiman? Pikiran sayapun bercampur aduk. Setelah itu, ia memberikan pakaian itu kepada istri saya. Dan mereka mulai berjalan, sepertinya mereka menuju ke arah rumah Pak Nizam.
Saya dengan sangat lemas, mencoba bangkit berdiri dari tempat duduk saya saat ini, dan mencoba secara diam-diam mengikuti mereka, langit nampak sudah sangat gelap. Saya sendiri sudah kehilangan waktu, tidak tahu sekarang jam berapa. Setelah beberapa menit berjalan, sampailah mereka di rumah Pak Nizam. Rumahnya cukup kecil dan sempit, serta gelap sekali karena sepertinya lampu rumahnya belum di nyalakan. Lalu aku sendiri teringat, bahwa lampu rumahku masi mati, sudah malam, wah sepertinya sudah saatnya saya harus pulang ke rumah. Dengan sangat berat hati, aku meninggalkan Istriku, Yola, masuk ke dalam Rumah Pak Nizam berduaan, seperti sepasang suami istri yang baru mendapatkan rumah baru. Sesampainya di rumahku, gelap sekali keadaannya, dengan susah payah saya berusaha menyalakan lampu seisi rumah. Setelah, itu saya memutuskan untuk berbenah, mandi, dan makan malam. Entah istri saya sudah makan apa belum saat ini, sayapun tidak tahu.
Sekiranya waktu sudah menunjukkan pukul 21:00, saya merasa lelah sekali dan mengantuk, saya memutuskan untuk tiduran sebentar baru saya menuju ke rumah Pak Nizam. Ketika saya bangun, saya kaget setengah mati, karena hari sudah pagi dan cerah, Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Saya buru-buru mandi, sarapan, minum kopi sedikit, dan langsung berangkat ke rumah Pak Nizam. Sesampainya saya di rumah Pak Nizam, saya tidak menemukan adanya tanda-tanda kehidupan dalam rumah itu. Saya mencoba mencari dirumah PakDe Sukiman, tetap tidak menemukan adanya istri saya. Saya coba ke Rumah Pak Dahlan, sepertinya tidak ada orang karena semua pintunya di kunci rapat. Saya benar-benar berdebar-debar karena tidak menemukan istri saya dimanapun. Ingin rasanya saat itu mengamuk dan menangis, kenapa saya melakukan ini semua.
Akhirnya setelah mencari kemana-mana tidak ada hasilnya, maka saya memutuskan untuk pulang ke rumah. Saya melanjutkan aktifitas sehari-hari saya di hari minggu. Tidak banyak yang dapat saya lakukan karena pikiran saya tertuju kepada istri saya terus. Apa yang sedang mereka lakukan terhadap istri saya saat ini? Apakah istri saya sudah makan? Apakah mereka mengizinkan yola beristirahat? Apakah dia baik-baik saja? Beribu pertanyaan muncul di benak saya. Sehari ini rasanya lambat sekali berjalan. Hingga akhirnya, sekitar pukul 19:00 malam, istri saya pulang ke rumah di antar oleh Pak Dahlan. Tidak ada tanda-tanda mencurigakan pada istri saya, malah terlihat berbeda, lebih cantik karena make up yang tertata rapih, rambut seperti dari salon, baju baru, dan celana baru. Hanya saja wajahnya terlihat merenung dan kelelahan.
Setelah berbincang-bincang sebentar dengan Pak Dahlan, bahwa kami akan mendapatkan rumah kontrakan di kota Jogjakarta. Saya sangat gembira sekali, tetapi istri saya tidak menunjukkan ekspresi kegembiraan sama sekali. Malahan ia mohon izin untuk beristirahat, memang waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 tetapi tidak biasanya ia beristirahat pada jam segini. Tidak lama setelah itu Pak Dahlanpun berpamitan pulang, sayapun penasaran dengan istriku, ketika saya melihat dia sedang tertidur pulas, tidak ada banyak yang dapat saya tanyakan. Jadi ke mana saja dia hari ini? Kemarin malam sama Pak Nizam bagaimana kisahnya? Tidak ada yang tahu hingga saat ini, hanya dia dan Pak Nizam yang tahu bagaimana kejadiannya. Sedikit rasa cemburu, dan amarah muncul dalam diriku. Ditambah lagi aku sangat kesal tidak ada yang dapatku perbuat untuk meringankan beban istriku ini.


Saturday, December 23, 2017

YOLA ISTRI EKSIBISIONIS : Part 8


Pada Part 8 ini, saya ingin menceritakan kisah yang kami alami sehari setelah kejadian Part 7 sekitar bulan September 2006. Walaupun kisah di part 8 ini tidak sepenuhnya benar tetapi sekiranya 40-50% dari cerita Part 8 dari segi cara, sebagian tehnik bercinta, tokoh-tokoh pria, maupun lokasi kejadian, serta sebagian kata-kata liar adalah benar sesuai dengan kejadian nyata dan dapat di sangsikan kebenarannya. Tetapi, tehknik pelecehan, kata-kata kotor yang berlebihan, kata-kata melecehkan suami (saya sendiri), serta ke-kotoran semua hal yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pria kepada istri saya, Yola, adalah karangan dari Saya dan Raka.
Sekiranya beberapa hari setelah kejadian di rumah Pak Nizam pada Part 7. Hari itu adalah hari senin, saya harus pergi ke sawah saya kebetulan saat ini adalah masa panen. Saya harus mengawasi pekerjaan para petani di sana. Dan merencanakan pembelian pupuk selanjutnya. Singkatnya saya harus pergi pagi-pagi sekitar pukul 8 pagi. Saat itu, istriku Yola, sedang bersiap-siap untuk membersihkan rumah dengan mengenakan daster berwarna putih bercorak kembang ia mulai membersihkan halaman rumah. Dan akupun berpamitan kepada istriku dan mengatakan bahwa aku mungkin pulang agak malam karena sekarang masa Panen di sawah saya. Sekiranya sudah seharian di sawah. Aku baru bisa pulang kerumah sekitar pukul 3 sore. Ternyata lebih cepat dari pada biasanya. Biasanya bisa sampai malam. Badanku sudah kumel dan kotor karena membantu para petani untuk memilah panen terbaik.
Dari jalan agak jauh dari rumah saya dapat melihat halaman depan rumah saya. Saya mendapati seseorang yang tidak saya kenal duduk di depan teras rumah saya sambil menghisap batang rokok sambil meminum kopi. Sayapun memperlambat jalan saya dan berharap-harap cemas siapa orang tersebut dan apa yang dilakukannya di sana. Saya berjalan tertatih-tatih kelelahan sambil membawa beberapa contoh panen untuk ditunjukkan kepada pemborong saya. Semakin dekat saya dengan rumah tetap saja saya tidak mengenal orang tersebut. Mungkin saja tamu atau pemborong baru yang saya tidak kenal. Sesampainya saya pada pagar rumah saya, saya membuka pagar tersebut. Orang yang sedang merokok tadi jalan mendekat, sambil mengkerutkan dahinya dan menaruh rokoknya di meja. Bersamaan dengan itu, saya melihat Pak Amir keluar dari dalam rumah. "Deg!" begitu suara jantungku serasa berhenti dan salah tingkah. Pak Amir adalah orang yang beberapa hari lalu memperkosa Yola di rumah Pak Nizam (Baca Part 7).
Bapak yang merokok tadi bertanya kepada saya, "ada yang bisa saya bantu pak?" Saya pun terdiam cukup lama dan memandang ke arah kedua pria ini. Memutar otak saya dan keringatpun mengalir dengan deras. Jantung juga berdegup tidak karuan. Akhirnya karena badan saya kumel dan kotor saya memutuskan untuk bertingkah menjadi orang lain. "Anu, saya mau menaruh hasil panen ini. Biasanya disuruh mengantar ini ke dapur oleh Ibu Yola. Ibu Yolanya ada?" Pak Amir dengan luwes menjawab, "Bapak siapa yah? Ibu Yola sedang sibuk di dalam." Lalu, samar-samar aku mendengar suara-suara seperti desahan tetapi juga seperti tangisan. Saya terdiam lagi, dan menjawab, "Saya suruhannya Pak Naryo suami Ibu Yola, untuk mengantarkan hasil panen ke dapur."
Pak Amir menjawab lagi, "Begitu ya pak, Ibu Yolanya sedang tidak bisa diganggu sih pak. Tapi mungkin bapak bisa lewat belakang saja dan menaruhnya di dapur." Saya pun berkata, "Baiklah, kalau begitu saya permisi menaruh ini ke dapur." Ketika saya melangkah ke arah samping rumah saya mendengar suara desahan lebih jelas lagi. Sambil terus di kawal oleh kedua orang ini. Seketika itu saya berusaha melirik-lirik ke arah dalam rumah berharap menemukan istriku Yola. Ada sedikit kecemasan dalam hatiku tetapi entah apa itu. Sesampainya di dapur aku berhasil melirik ke dalam, aku melihat sepintas ke arah ruang tengah depan kamarku. Yola sedang telanjang bulat dengan kedua tangan terikat menjadi satu dan mata tertutup oleh kain sedang berlutut mengulum salah seorang pria berperingai galak dan kekar. Aku pun langsung meletakkan hasil panen tersebut dan ingin berusaha lari mencari pertolongan. Tetapi baru, meletakkan panen itu, kedua pria di belakang saya mencegah langkahku.
Pria yang merokok tadi berkata, "Apa yang kamu lihat? Karena kamu sudah terlanjur melihat, kami tidak bisa mengizinkan kamu pergi." Pak Amir berusaha berprilaku baik kepadaku, "Begini pak, kami tidak bisa membiarkan bapak pergi begitu saja setelah melihat Ibu Yola seperti itu. Tetapi jika bapak mau bekerja sama dengan kami. Kami tidak akan melukai bapak." Saya terdiam dan melotot hingga keringat dingin mendengar perkataan tersebut, "Be...bekerja sama bagaimana yah pak?" Pak Amir, menjawab lagi, "Pertama-tama suami Ibu Yola biasanya pulang jam brp yah?" Sayapun berbohong dan berkata, "Biasanya sekitar jam 6 sore pak." Pak Amir tersenyum sambil melirik bapak di sebelahnya, dan berkata lagi, "Baik, sekarang bapak duduk dulu kita berbincang-bincang sedikit." Sambil mempersilahkan aku duduk di bangku halaman belakang mereka berdiri di depan saya seperti ingin mengajari sesuatu. Akupun menuruti mereka untuk duduk.
Pak Amir berkata lagi, "Bapak sudah berapa lama bekerja dengan suami Ibu Yola?" Akupun berbohong lagi dan berkata, "Sudah 5 tahun Pak". Pak Amir tersenyum dan berkata, "Apakah selama 5 tahun ini bapak pernah membayangkan Ibu Yola?" Saya berpura-pura bodoh dan berkata, "Mm... maksud bapak?" Bapak yang merokok itu menimpali, "Ingin untuk berhubungan intim dengan Ibu Yola." Saya pun berpura-pura kaget dan berkata, "Wah! Tidak pak Tidak berani saya selancang itu." Pak Amir, dengan sikap luwes nya berkata lagi, "Apakah bapak jika ada kesempatan, ingin mencicipi rasanya istri dari majikan bapak?" DEG! Begitu suara jantung saya. Namun, batang sayapun mulai terasa ada reaksi. Degup jantung semakin cepat dan aku tidak mampu berkata-kata. Aku pun hanya terdiam.
Pak Amir mengajakku, "Ayo pak coba ikut saya sebentar saya tunjukkan sesuatu." Aku hanya melotot ke arah kedua pria ini. Dan akhirnya memutuskan untuk mengikuti mereka masuk ke dalam rumahku sendiri. Sesampainya di ruang tengah, aku melihat posisi Yola istriku masih seperti tadi. Bapak yang senjatanya sedang dilayani oleh mulut istri saya, melihat kami masuk ke ruangan tengah dan berkata. "Hey, siapa dia?" Bapak yang merkok tadi berkata kepada dia, "Tenang saja, lanjutkan saja pak." Saat itu saya menangkap, apakah yang sedang dilayani oleh istri saya ini adalah boss dari mereka? Kamipun terdiam cukup lama menyaksikan istriku melayani pria berperingai galak ini. Dengan kedua tangan terikat dengan kain, tangan istriku menggengam senjata pria ini dan mulut istriku tetap bekerja maju mundur untuk melayaninya.
Setelah cukup lama kami melihat aksi ini, Pak Amir membuka pembicaraan kepadaku, "Bagaimana pak? Apakah bapak tertarik ingin bergabung?" Aku hanya melirik Pak Amir sejenak dan diam saja tanpa berkata apapun. Bapak yang merokok tadi, maju dengan seenaknya meremas dada istriku dan memilinnya. Istriku terlihat hanya melenguh tertahan karena tersumbat oleh senjata Bossnya itu. "Hmbbhpphm...", begitu sekiranya lenguhan istriku. Dengan santainya bapak yang sedang memegang dada istriku melihat kearahku dan berkata, "Tidak usah kahwatir dia tidak akan tahu siapa kamu. Kerna menggunakan penutup mata. Dan juga kami tidak akan bilang kok sama suami dari Ibu Yola tentang ini. Kamu tenang saja." Mereka semua tertawa terbahak-bahak. Mereka benar-benar tidak menyadari bahwa akulah suaminya. Sedangkan aku masih terdiam saja tidak mampu berkata-kata apapun. Tidak lama kemudian Bapak yang sedang memilin dada istriku, membuka semua pakaiannya dan terlihat senjatanya mengacung keras, cukup besar juga.
Boss yang sedang dilayani oleh istriku sepertinya mengerti dan melepaskan senjatanya dari kuluman istriku. Lalu, ia memposisikan dirinya tidur di atas tikar di ruang tengah itu. Dan, Pak Amir menuntun istriku untuk bangkit secara perlahan berjalan ke arah Bossnya yang sedang berposisi tidur dengan senjata mengacung keras. Aku sudah mengerti istriku akan di bawa ke mana. Aku hanya dapat menyaksikan dan tak mampu berbuat apapun. Perlahan istriku melangkahi Boss itu, dan tanpa disuruh lagi istriku sudah mengerti, ia langsung berjongkok. Sepertinya istriku sendiri juga sudah dimakan birahi yang cukup besar. Kedua tangannya yang terikat itu mencari-cari senjata Pak Boss, dan berusaha menuntunnya ke liang vaginanya sendiri. "Jleb... ssshhh..." begitu sekiranya suara lenguhan yang terdengar ketika senjata tersebut memasuki liang vagina istriku sendiri.
Tanpa disuruh keduakalinya, istriku menggoyangkan pinggulnya sendiri menikmati senjata si Boss itu didalam rahimnya. Dengan kedua tangan bertumpu pada dada bidang sang Boss, Istriku terlihat benar-benar menikmatinya terus menggoyangkan pinggulnya. Bapak yang merokok tadi, berjalan ke samping istriku dan langsung mengulum dada sebelah kiri istriku, sedangkan tangan kanannya meremas dada kanan istriku. Istriku mulai melenguh kencang, "Ooooouuuggghhhh... ssshhh...." Pak Amir lalu tersenyum sambil melihat ke arah bossnya, ia berjalan ke arahku dan berkata, "ayo Pak, ikutan" Aku terdiam dan hanya menggeleng-gelengkan kepala. "Udah jangan malu-malu sini kapan lagi kamu bisa mencicipi Ibu Yola?" Aku tetap tidak beranjak. Lalu, Pak Amir menarikku ke sebelah kanan istriku. "Buka!" begitu katanya singkat agar aku membuka celanaku. Akhirnya aku menyerah karena memang senjataku juga tidak muat lagi di dalam celana dalamku. Aku mengeluarkan senjataku dan menyodorkannya ke arah wajah istriku. Namun, istriku benar-benar tidak menyadari bahwa ada senjataku di sebelah kanannya, karena matanya sedang tertutup oleh kain hitam.
Pak Amir mengarahkan wajah istriku ke arah kanan, dan menemukan senjataku. Tanpa disuruh lagi, istriku membuka mulutnya sambil terus melenguh, "ssshhhh.... huuufffhhh... hmbpphhmm..." Ia mulai mengulum senjataku secara perlahan. Tetapi lambat laun kuluman istriku dan sedotannya semakin kuat dan cepat, aku benar-benar tidak tahan melihat istriku seperti ini, sekiranya 3-5 menit setelah istriku mengulumku. Aku menumpahkan cairan putih ku ke dalam mulut istriku. Perlu dicatat pada bagian ini, ini adalah pertama kali dan sampai kini Juni 2013, istriku menelan spermaku. Karena setelah ini istriku tidak pernah menelan spermaku lagi. Biasanya istriku berkata jijik untuk menelan spermaku, sedangkan istriku selalu menelan sperma pria-pria lain yang menidurinya. Tetapi kali ini untuk pertama kalinya aku merasakan sensasi seperti pria-pria itu. Jujur saja ketika aku menuliskan kisah ini ingin rasanya menyuruh istriku menelan spermaku lagi.


Melanjutkan cerita, aku pun melenguh panjang, dan mundur dari kuluman istriku. Sejataku menciut kecil, para pria tersebut terbahak-bahak melihat aku seperti itu. Seperti mencemooh aku seakan-akan aku ini paling lemah dan tak berdaya di antara mereka. Lalu, Pak Amir mengambil posisiku ia memelorotkan celananya dan mengarahkan senjatanya ke arah mulut istriku yang sedang mendesah-desah kenikmatan. Sekarang lengkaplah terlihat istriku yang tadinya diperkosa oleh ketiga pria tidak dikenal ini. Cukup lama mereka berada dalam posisi ini. Lalu, bapak yang di sebelah kiri istriku memberi kode kepada Pak Amir untuk melepaskan ikatan tangan istriku yang sedang dilanda nafsu ini. Dengan seketika ikatan tangan istriku pun terlepas. Akupun berlari kebelakang dapur dan bersembunyi. Agar takut-takut kalau istriku melepaskan ikatan matanya. Dan benar saja, istriku langsung melepaskan ikatan matanya dan melihat ke arah 3 pria ini. Tanpa berkata apapun, istriku langsung melanjutkan kulumannya terhadap Pak Amir. Sedangkan tangan kirinya berusaha menggapai senjata bapak yang di sebelah kirinya.
Sekarang terlihatlah dengan jelas, seorang istri sedang melayani dan menyambut dengan "sangat murah hati" untuk memberikan tubuhnya kepada ketiga tamu tidak dikenalnya kecuali Pak Amir tentunya. Senjataku pun perlahan sudah mulai membesar kembali. Waktu sudah menujukkan pukul 4 sore, keringat dari mereka sudah mulai bercucuran. Istriku terlihat kenikmatan dan kewalahan "melayani" para tamunya tersebut. Sepertinya irama permainan sudah semakin cepat, si boss sudah mulai merasakan sesuatu terlihat dari raut wajahnya. Tanpa berlama-lama si boss berteriak, "oouuugghhh... nikmattt sekali memekmu mbakkkkk..." Sepertinya si Boss keluar di dalam vagina istriku. Istriku menghentikan goyangan pinggulnya, si boss pun mengangkat pinggul istriku dan bangkit berdiri. Sedangkan istriku dituntun oleh bapak yang merokok itu ke arah kamarku sendiri. Istriku dengan bergandengan tangan seperti orang sedang kasmaran berjalan mengikuti bapak itu ke arah kamar pengantin kami. Akupun memutar ke halaman depan untuk mengintip kamar tidurku dari jendela.
Sesampainya di sana istriku tanpa di suruh lagi memposisikan dirinya untuk tidur di ranjang dan membentangkan kedua kakinya dan mungkin dapat terlihat cairan sperma Pak Boss masih di sana dan di pahanya. Aku tidak dapat melihatnya dengan jelas dari sini. Bapak yang merkokok tadi itu, dengan terbelalak melihat kelakuan istriku berkata, "wah, mbak Yola udah ga tahan yah, saya juga ga tahan mbak" Tidak berlama-lama lagi langsung menyambar istriku dan memasukkan senjatanya dengan kasar ke liang vagina istriku serta menciumi bibir istriku. Terlihat mereka seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran melumat meraup menyedot nafsu satu sama lain. Terlihat lidah bapak si perokok ini di hisap dan di sedot oleh istriku tanpa rasa jijik sedikitpun. Di ruang tengah terlihat Pak Boss sedang berpakaian dan bersih-bersih. Sedangkan Pak Amir, memanggil-manggil aku untuk ke ruang tengah. Aku pun memutar dan masuk kembali ke dalam.
Pak Amir dengan lagak seperti boss, menepuk-nepuk pundakku dan berkata, "Kamu mau gak seperti pak joni di dalam?" Ternyata nama pria prokok itu Pak Joni. Aku bertanya, "Mm... maksud bapak?" "Apa kamu ingin mencoba rasanya vagina istri majikanmu, hahaha", sang boss dan Pak Amir tertawa berbarengan. "Ah, tidak usah pak, saya sudah cukup.", begitu aku menjawabnya. "Sudah, kamu tidak usah malu, rahasia aman kita jaga. Apa kamu mau saya menutup mata Ibu Yola lagi?", tanya Pak Amir. "Saya menjawab lagi, ah tidak usah pak tidak apa. Saya sudah cukup begini saja." Pak Amirpun berkata, "Baiklah kalau begitu saya saja yang menikmatinya lagi setelah Pak Joni." Setelah berkata seperti itu, Pak Amir dan Bossnya mengajakku untuk duduk di halaman depan rumah. Si Boss bertanya kepadaku, "Hey kamu, apa kamu tahu di mana saya bisa mengambil minum? Saya haus." Lalu saya menjawab, "oh sebentar pak saya ambilkan."
Sambil berjalan melalui kamarku, aku melihat sekejab mata, istriku sedang ditindih oleh Pak Joni. "Ahhh... uhhh.... iihhhh... aaaahhhhhhh.... ssshhh.... sssshhhhhh...", sekiranya demikian suara nafsu birahi istriku yang sedang memuncak. Akupun berjalan mengambil minum dan sekembalinya aku melalui kamarku lagi. Akupun berjalan perlahan dan tertahan ingin mengintip. Terlihat posisi mereka berubah, istirku Yola, sedang menunggangi senjata perkasa Pak Joni. Untungnya posisi mereka membelakangi arah pintu kamarku, sehingga istriku tidak melihat aku di belakangnya. Seketika itu aku melihat istriku menggoyangkan pinggulnya serta pantatnya ke sana kemari. Dengan tangan kiri bertumpu pada dada Pak Joni. Sedangkan tangan kanannya sedang meremasi dada kanannya sendiri, memilinnya sambil memejamkan mata menengadah ke arah langit-langit.
"Oughhh... ssshhh... ahhhh.... yeeaaaahhhhh... yahhh....", desahan istriku semakin membara. Pak Joni terdengar samar-samar berkata, "mbak... suami kamu beruntung mendapatkan istri seperti mbak... uhh... oghh... andaikan saja kamu istriku..." Sambil terlihat tangan kanan Pak Joni meremas dada kiri istriku. Istriku berkata terbata-bata ditengah-tengah nafsunya yang sedang memuncak, "ahh...a....kuuu... istri.... istrii.... muu... ssshhh.... mass.... aku istrimu mass...." DEG!!! Jantungku serasa berhenti sesaat. Darahku berdesir kencang. Nafasku terasa sesak. Di satu sisi, senjataku bereaksi tiba-tiba saja ia berontak dari celana dalamku di bawah sana. Pak Joni pun tertawa meringis, "heheee.... heee.... akan ku puaskan kamu istriku sayangg....." Istriku berkata lagi, "yaaahhhhhhh... puass.... puasssinn.... mass... puasin... akuuuuuuuuu.......... oooohhhhhhh!!!" Akupun dengan berat, melangkah ke depan rumah untuk mengantarkan minuman kepada tamu-tamu yang mungkin nanti akan mengilir istriku lagi.
Akupun berusaha menenangkan diriku mencoba berbaur dengan Pak Boss dan Pak Amir di halaman rumahku sendiri ini. Kami berbicara panjang lebar dan aku baru memahami apa yang sebenarnya terjadi sewaktu aku pergi ke sawah tadi. Sekiranya setelah kejadian waktu itu di rumah Pak Nizam, Pak Amir menceritakan kepada teman-teman sekampungnya bahwa ia berhasil meniduri wanita yang sexy dan menawan dari desa sebelah. Menurut kesaksiannya, wanita itu adalah istri yang kekurangan kepuasan dari suaminya. Aku mendengar itu terasa ingin marah tetapi harus aku tahan. Dia berceritera lagi, bahwa suatu saat nanti dia akan mencicipi istriku lagi. Tiba lah saat itu adalah hari ini, di mana dia telah menceritakan kepada teman-teman sekawannya di kampung sana. Sedangkan yang ia bawa hari ini Pak Joni dan si Pak Boss yang dikenal dengan nama Pak Rojali. Bapak Rojali adalah seorang kepala keamanan di desa sebelah, sudah memiliki istri dan anak. Sedangkan Pak Joni adalah seorang pengangguran yang dipekerjakan oleh Pak Rojali sebagai pesuruhnya.
Karena Pak Amin bercerita tentang istriku di desa sebelah, Pak Rojali tertarik sekali ingin melihat istriku. Tetapi karena tidak memungkinkan begitu saja istriku dapat dicicipi olehnya. Maka mereka memutuskan untuk memperkosanya. Setelah mereka bertanya-tanya di mana rumah istriku tinggal kepada orang sekitar. Akhirnya mereka datang ke rumahku dan melihat istriku sedang sendirian di dalam rumah yang terbuka lebar. Memang biasanya kami tidak pernah mengunci pintu apapun baik pagar maupun rumah kami buka lebar-lebar di desa ini. Tidak seperti kebiasaan di kota, selalu mengunci pagar dan pintu rumah. Mereka melihat istriku sedang memakai daster di atas lutut tanpa bra sedang membersihkan rumah seorang diri. Saat itu juga, Pak Rojali mengendap-ngendap ke arah belakang rumah dan dengan sigap menutup mata istriku sedangkan Pak Joni memegangi tangan istriku dan mengikatnya. Istriku menangis dan ketakutan, sepertinya karena tidak memungkinkan untuk menyuruh istriku melepaskan pakaian sendiri karena tangan terikat, maka mereka merobek daster putih istriku.
Sampai saat ini aku baru tahu kalau daster istriku itu sudah robek, yang kulihat tadi daster istriku ada di pojok lantai bersama celana dalamnya. Setelah istriku telanjang bulat dan terikat, istriku nangis tak berdaya tubuhnya di gerayangi oleh mereka, diciumi, dicilati, dicubiti. Istriku hanya menangis dan bercampur dengan kenikmatan. Setelah puas untuk "mengerjai" istriku dan terlihat istriku sudah tidak menangis lagi. Mereka mulai dengan Pak Rojali menyodorkan senjatanya kepada mulut istriku. Di saat ini lah aku datang. Dan "penderitaan" istriku masih berlanjut hingga kini. Apakah cocok aku katakan "penderitaan"? Sepertinya, suara erangan kenikmatan di kamar pengantinku antara istriku dan Pak Joni tidak mencerminkan ciri-ciri dari "Penderitaan". Bersamaan dengan pikiranku yang sedang berkecamuk terdengar suara teriakan istriku nyaring sekali, "OOOOHHHHH...... SSSSHHHHHHHHH...... AAAAHHHHHHH........!!!!" Sepertinya istriku mencapai puncaknya yang pertama hari ini.
Tak lama setelah itu, aku melihat Pak Joni keluar dengan senjata nya yang berlumuran cairan cinta istriku, sambil berpakaian dan berkata kepada Pak Amir. Siapa lagi tuh yang masih mau cicipi istrinya yang empunya rumah sebelum pulang suaminya. Pak Amir bangkit berdiri tanpa berlama-lama iya langsung masuk ke kamar pengantinku dan menutup pintunya. Sehingga aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana suaranya pun samar-samar saja terdengar. Saya melirik jam dinding di ruang tengah dan sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan tidak anda tanda-tanda Pak Amin keluar dari kamarku sejak tadi. Akhirnya sekitar 5 menit kemudian, Pak Amir keluar dari kamarku dengan hanya mengenakan celana berjalan ke arah kami duduk. Tanpa banyak berkata-kata Pak Rojali bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kamar tidurku sambil tertawa-tawa. Terdengar samar-samar suara istriku berkata, "Mas... izinkan saya istirahat sebentar..." Pak Rojali berkata dengan geram, "enak saja, sebentar lagi suamimu pulang, apa kamu ingin saya perkosa depan suami kamu?"
Istriku terdiam seribu bahasa tidak mampu berkata apa-apa. Pintu kamarku pun ditutupnya. Terdengar suara-suara geram Pak Rojali seperti, "hisap ini...", "nungging sana...", "berbaring situ...", "goyang yang cepat...", "Telan semua..." Sekiranya itu lah kata-kata yang di luncurkan oleh Pak Rojali dalam mengauli istriku di ranjang pengnatinku sendiri. Akhirnya setelah 30 menit lamanya, Pak Rojalipun keluar dari kamar sambil tersenyum puas, dan berkata kepada kedua anak buahnya untuk pulang. Tetapi aku tidak melihat adanya suara istriku ataupun tanda-tanda istriku ingin keluar dari kamar tidurnya. Akhirnya setelah puas meng-"gilir" istriku di rumahku sendiri di depan mataku sendiri, mereka pun beranjak meninggalkan rumahku ini. Aku masih berharap-harap cemas apa yang terjadi dengan istriku, mengapa tidak ada suara sedikitpun.


Aku melirik ke arah kamar tidurku, dan ternyata yang kutemukan adalah, istriku entah pingsan entah tertidur, dengan kedua tangannya terikat di sisi kanan dan kiri ranjang dengan tubuh penuh keringan bercampur dengan sperma. Dan juga tedapat bercak-bercak merah serta gigitan di dada kiri dan kanannya serta pantat dan pahanya. Terlihat cairan sperma mengalir di vaginanya menumpahi ranjang tidur kami. Perut dan dadanya mengkilap oleh sperma dan keringat. Juga sebagian sperma mengenari rambut panjang istriku. Mulut istriku pun disumpali oleh celana dalamnya sendiri pantas saja ia tidak bersuara sejak tadi, serta matanya ditutup oleh kain hitam. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, jika aku membukanya ikatannya maka, terbongkarlah sudah semuanya. Tetapi aku memutuskan untuk diam dan berpikir sejenak. Aku mencoba ke belakang rumah untuk mencari handuk dan sejenisnya, tetapi tiba-tiba sekembalinya aku dari belakang. Aku melihat dari kejauhan ada seorang pria memasuki rumah kami dan ternyata itu adalah Pak Bayu.
Akupun bingung harus berbuat apa, aku memutuskan untuk bersembunyi. Pak Bayu memanggil-manggil istriku tetapi tidak ada jawaban, akhirnya ia masuk ke dalam rumah dan mendapati istriku terikat di ranjang telanjang bulat dengan penuh sperma. Pak Bayu berteriak, "ya ampun ada apa ini?" Dilepaskannya semua ikatan istriku serta kain penutup matanya, dan istriku dengan lemas tak berdaya berbicara kepada Pak Bayu, "Tolong... " istri kemudian menangis. Akupun merasa iba melihat hal ini, tetapi apa daya jika aku menyelamatkannya maka terbongkar sudah semuanya. Pak Bayu kemudian menggendong istriku ke arah kamar mandi belakang. Dengan penuh pengertian Pak Bayu memandikan istriku. Istriku yang nampaknya sudah tidak mampu berdiri lagi, bersandar di bahu dan tubuh Pak Bayu. Pasrah tak berdaya hanya diam saja dimandikan oleh Pak Bayu.
Sekiranya sudah bersih, istriku dikeringkan dengan handuk secara perlahan. Dan didudukkannya di ruang tengah, Pak Bayu bertanya, "pakaianmu di mana?" Istriku dengan sayu menjawab, "di dalam kamar mas, di laci." Pak Bayupun mengambil pakaian istriku, sebuah daster tanpa pakaian dalam. Kata Pak Bayu, "pakai ini nanti kamu masuk angin." Istriku diam saja mencoba memakai daster tesebut dengan lemas. Lalu, Pak Bayu berinisiatif mengambilkan air minum, di mana letak air minum itu dekat dengan tempat aku bersembunyi, tetapi karena cukup gelap di daerah dapurku Pak Bayu tidak dapat melihatku. Setelah istriku diberi air minum, istriku berkata dengan penuh rasa terima kasih kepada Pak Bayu. "Terima kasih banyak mas... kalau tidak ada mas...", istriku menutup kedua matanya dengan kedua tangannya dan menangis lagi.
Namun, Pak Bayu berusaha untuk menenangkan istriku dengan memeluknya sambil berkata, "coba ceritakan apa yang terjadi?" Istriku mencerita kan semuanya dan kisahnya sama dengan yang sudah kuceritakan di atas tadi. Sambil terus menangis tersedu-sedu istriku berusaha menyelesaikan ceritanya. Pak Bayu berkata, "Bajingan itu Amir, uda di kasi hati malah minta jantung! Besok akan saya beri pelajaran mereka." Seperti yang kalian ketahui bahwa di Part 7, desa sebelah tidaklah begitu akur dengan desa kami, terutama para penjaga nya. Mereka berseteru entah apa yang di perebutkan selama ini. Istriku akhirnya berhenti menangis dan menatap Pak Bayu dalam-dalam, dan mencium bibirnya dengan penuh perasaan. Cukup lama mereka berciuman, hingga nafas istriku terdengar tersengal-sengal, seperti wanita yang siap di mangsa lagi.
Ciuman itu berlangsung cukup lama, Pak Bayu mengambil inisiatif untuk meraba dada istriku yang hanya tertutup oleh daster tanpa pakaian dalam. Istriku mendesis perlahan dan menahan tangan Pak Bayu sambil berkata, "Jangan mas, yola lelah sekali hari ini. Lagipula sebentar lagi Mas Naryo pulang." Pak Bayu pun menghentikan aksinya dan memberikan tatapan penuh arti kepada istriku, sambil berkata lemas mengatur nafas nafsunya, "hufhh... i.. iya... baiklah... mas pulang dulu yah." Tiba-tiba saja, tangan istriku menangkap tangan Pak Bayu yang hendak pergi itu dan berkata lagi, "Mas... temani Yola sampai tertidur yah. Yola masih takut..." Pak Bayu pun tanpa banyak berkata, langsung mengangkat istriku ke dalam kamar kami. Akupun melangkah secara perlahan untuk keluar ke halaman samping agar dapat melihat kejadian di dalam kamarku melalui jendela kamar kami.
Secara perlahan aku mendekati jendela itu tidak ada suara-suara sama sekali, keadaan sekitar gelap dan sunyi. Sesampainya aku di jendela kamarku sendiri, aku melihat istriku sedang memejamkan mata kelelahan sambil dipeluk oleh Pak Bayu dari belakang. Sedikit rasa cemburu mulai tumbuh dalam diriku. Darahku berdesir ingin marah. Sekiranya ada 30 menit istriku nampak tertidur. Pak Bayu mulai mencoba untuk melepaskan pelukannya dan bersiap pergi meninggalkan istriku yang tengah tertidur lelap.


Mencoba Sex Dengan Singa

Namaku Sisilia, panggilanku Lia namun banyak juga yang menyapaku Sisilia. Kuingin cerita seks soal pengalaman seks dewasaku yang belom t...