Monday, December 11, 2017

Diperkosa Dan Dilecehkan Hingga Orgasme Oleh Murid Sendiri Part 1



Perkenalkan namaku Gyna. Usiaku sekarang 33 tahun. Sudah cukup berumur memang, namun karena tubuhku yang mungil dengan tinggi sekitar 155 cm, maka memberi kesan imut yang sering menjadi daya tarik tersendiri bagi pria. Teman-temanku bahkan sering memuji wajahku yang cantik dan dipadu dengan rambut hitam sebahu yang menurut mereka sangat serasi dengan bentuk wajahku.


Aku merupakan seorang janda dengan satu anak yang sudah bercerai dengan suamiku beberapa tahun lalu. Sebenarnya aku sendiri berasal dari Solo, Jawa Tengah. Namun mataku yang sipit dengan kulit yang putih terkadang membuat orang yang baru bertemu mengira aku adalah ketururunan Tionghoa.

Baru-baru ini aku diterima sebagai guru pengajar di salah satu taman kanak-kanak di daerah Kemang. Hari Sabtu dan Minggu aku juga mengajar sebagai guru les privat Bahasa Inggris anak-anak usia SMP hingga pegawai kantoran. Namun sebelumnya aku sempat juga mengajar di tempat kursus Bahasa Inggris ILP di daerah Depok yang merupakan awal mula terjadinya kisah ini.
Aku bekerja keras melakukan ini semua untuk membiayai kebutuhan sehari-hari serta segala keperluan anakku. Untungnya, aku masih tinggal bersama kedua orang tuaku di daerah Ciganjur sehingga tidak perlu untuk memikirkan biaya kos, apartemen, cicilan rumah ataupun makan pagi dan malam.

Di suatu ketika saat pulang dari jalan-jalan dengan teman dekatku dan hendak mengajar les di daerah Kalibata, aku mendapat BBM dari salah seorang mantan muridku yang bernama Leo menanyakan kabarku. Aku cukup terkejut karena walaupun dia salah satu murid yang terpintar di kelasku dulu, namun dia tidak begitu dekat denganku. Walaupun begitu tetap saja aku balas BBM-nya. Hingga sampai di percakapan bahwa dia meminta foto selfie terbaru aku. Cukup aneh memang, tetapi aku tentu saja saat itu aku tidak punya pikiran aneh-aneh terhadapnya.
Setelahnya, aku kirim salah satu foto yang terbaru. Namun semakin anehnya lagi, Leo seperti tidak puas dengan foto yang aku kirimkan dan memintaku untuk mengirim foto setengah ataupun seluruh tubuh. Karena sudah merasa tidak wajar, aku pun tidak membalasnya apalagi saat itu aku sudah tiba di tempat aku mengajar les. Bahkan saat sedang mengajar, dia tetap saja mengirim BBM yang tentu saja tidak aku hiraukan.

Hingga beberapa hari setelah kejadian tersebut aku mendapat panggilan dari sebuah keluarga yang ingin agar aku mengajar les privat anak tunggal mereka. Karena mereka menawarkan gaji yang bagiku sangat tinggi dan tidak bentrok dengan jadwal mengajar, maka tanpa pikir panjang lagi segera kuterima tawaran keluarga itu. Kami sepakat bahwa aku akan mulai mengajar anak mereka setiap Minggu sore. Saat hari mengajar tiba aku pun datang untuk mulai mengajar murid baruku itu.
Sesampainya di rumah yang terletak di daerah Depok tersebut, aku cukup tertegun melihat arsitektur rumah yang besar dan dilengkapi taman hijau dan dikelilingi pagar terali yang tinggi.

"Ting-Tong!! " kutekan bel pintu di sebelah pagar rumah itu.
"Siapa ya?" terdengar suara wanita di Interkom yang terletak di samping bel pintu itu.
"Selamat siang… Saya Gyna, guru les privat anak anda yang baru…" jawabku.
"Oh, Miss Gyna! Ayo, silakan masuk!" balasnya lagi.
Tiba-tiba gerbang terali rumah itu terbuka. Aku pun segera masuk kedalam. Pintu garasi itu terbuka dan keluarlah seorang wanita paruh baya, usianya sekitar 40 tahunan. Dari penampilannya yang modis sudah jelas bahwa ia adalah pemilik rumah ini. Wanita itu lalu segera menyambut kedatanganku.

"Halo Miss Gyna! Bagaimana kabarnya?" tanyanya ramah.
"Baik-baik saja Bu… Anda dengan Tante Diana?" aku balik bertanya dengan sopan.
"Iya betul… Ayo masuk! Kita bicara di dalam aja…" ujarnya sambil mempersilahkanku masuk.
Ketika berjalan menuju ke ruang tamu, kami sempat berbincang-bincang sejenak. Dari situ aku tahu bahwa Tante Diana adalah seorang desainer sementara suaminya adalah seorang pengusaha yang saat ini tinggal di luar negeri. Maka saat ini beliau hanya tinggal berdua saja dengan anaknya di rumah itu. Seringkali anaknya dititipkan ke kerabatnya apabila Tante Diana hendak pergi ke luar negeri.
Aku pun dipersilahkan untuk menunggu di ruang tamu sementara Tante Diana pamit untuk menyiapkan minuman.

"Silahkan diminum Miss…" aku dikagetkan oleh suara Tante Diana.
"Eh… Iya… Terima kasih…" tentu saja aku terkejut karena tidakmenyangka kalau beliau sendiri yang mengantarkan minumannya.
Tante Diana kemudian duduk di sofa tepat di depanku.
"Nah, Miss Gyna... Miss akan mengajar anak saya mulai hari ini… Sebenarnya nilai Bahasa Inggrisnya udah sangat baik, tapi entah kenapa dia masih meminta les privat…" lanjut Tante Diana sambil mengerutkan dahinya.
"Ooh gitu ya Tante? Mungkin karena pelajarannya bertambah sulit?" jawabku.
"Hmm… Bisa jadi sih… Apalagi dia bentar lagi ujian…" kata beliau menerangkan.
"Oh iya… Kalau boleh, darimana Tante tau nomer HP ini dan bahwa saya juga mengajarkan les privat Bahasa Inggris?" tanyaku penasaran karena waktu aku mengiyakan aku belum menanyakan hal tersebut.
"Oooh… Sebenarnya anak saya pernah diajar oleh Miss Gyna di ILP loh… " jelas Tante Diana.
"Hah? Beneran Tante? Siapa nama anak Tante? " tanyaku semakin penasaran.
"Leonard… Biasa dipanggil Leo… Masih kenal kan Miss?" Tante Diana balik bertanya.
" Leo?" aku tentu saja terkejut mendengarnya karena belum lama ini dia BBM-an denganku.
"Iya, tunggu sebentar ya, Miss… Tante panggil Leo dulu…" ujar Tante Diana sambil bangun dari tempat duduknya.

Aku yang masih terkejut hanya mengangguk setuju. Tante Diana lalu beranjak pergi ke lantai atas. Tidak lama kemudian, Tante Diana turun beserta seorang anak laki-laki yang wajahnya memang sudah tidak asing lagi. Tidak salah lagi, memang anak yang mengenakan baju merah dan celana pendek hitam ini adalah Leo, mantan muridku dulu.
Tidak ada yang istimewa dari perawakan Leo yang seperti anak-anak keturunan Tionghoa pada umumnya. Tubuhnya yang gemuk, pipinya chubby dan tingginya kira-kira sama denganku, namun tentu saja dia terlihat sebagai anak dari orang yang berada.

"Miss Gynaaa…!! Apa kabar?" Leo tampak sumringah sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman denganku.
"Hai Leo… Kabar baik… Kamu baik-baik juga kan?" aku tersenyum sambil membalas uluran tangannya dan menanyakan keadaannya juga.
"Ya udah, ajak Miss Gyna ke kamarmu dan mulai belajar ya… Mami mau pergi dulu…" perintah Tante Diana dengan tegas.

Aku pamit kepada Tante Diana kemudian mengikuti Leo yang sedikit berlari ke kamarnya.

Setibanya di kamar Leo, kulihat beberapa keping DVD porno yang langsung disembunyikannya dibawah kasurnya berharap aku tidak sempat melihatnya. Aku hanya tersenyum memakluminya karena di usia Leo yang sekitar 13 tahun, pasti dia sedang memasuki masa puber. Walaupun tidak pernah sekalipun terlintas di benakku, dengan wajahnya yang polos, dia sudah suka dengan hal-hal seperti itu.
Namun aku memang tidak berniat membahasnya karena tugasku di sini adalah untuk mengajarinya Bahasa Inggris, bukan untuk menceramahinya.

"Duduk aja di situ Miss… Maaf ya kalo kamar Leo berantakan…" kata Leo sambil menunjuk sisi tempat tidur.
"Ah nggak kok… Kamar kamu keren kok… !" balasku memuji kamarnya yang memang cukup bagus.

Sekilas aku melihat-lihat dekorasi kamar Leo yang dipenuhi dengan poster-poster film, basket, sepak bola hingga musik, ada juga komik Tintin, Novel Sherlock Holmes, miniatur pesawat terbang serta beberapa koleksi action figure yang tertata rapi.

Aku pun duduk kemudian bertanya kepadanya "Leo… Miss Gyna penasaran deh, kan Leo udah jago Bahasa Inggris, tapi kok masih aja mau les privat sih?"
"Sebenernya sih itu cuma alesan Leo aja biar bisa ketemu Miss Gyna lagi… Hehehe…" jawabnya memberi alas an sambil terkekeh.
"Iiih edaay…! Kecil-kecil udah pinter ngerayu…! Ahahaha…" balasku yang walaupun sudah sering digombali namun tetap saja berhasil membuat pipiku merona.
"Emm… Miss Gyna inget kan waktu hari Sabtu lalu Leo minta foto Miss? " tanyanya malu-malu lalu duduk di bangku meja belajarnya yang berada di seberang tempat tidur.
"I-iya… Emang kenapa? " aku agak gugup karena takut jawaban yang akan diberikan Leo menjurus ke hal yang aku takutkan.
"I-itu… Leo suka b-bayangin Miss Gyna kalo lagi itu… Emm… Lagi o-onani…" katanya sambil menundukkan wajahnya yang memerah.
"Haaah!!? Kok bisa sih!?" bagai petir di siang bolong aku sungguh terkejut dengan jawabannya.
"M-maaf ya Miss… Jangan marah ya… Jangan aduin ke Mami… Pleaseee…!!" pintanya sambil memohon-mohon kepadaku.
"Ya udah lupain aja deh… Kita belajar sekarang aja ya… Kasian kalo kemaleman anak Miss nanti nyariin…" ucapku berusaha menenangkan dirinya yang terlihat ketakutan.
"Horeeee…! Miss emang baik deh…" tiba-tiba Leo melompat-lompat kegirangan dan tersenyum lebar.
"Tapi Leo mau Miss nurutin permintaan Leo dulu dong sebelom kita belajar…" kata Leo yang kali ini sudah dengan raut wajah serius.
"Apaan tuh? Jangan minta yang macem-macem loh ya…" ujarku memperingatkan.
" Miss diri dulu deh…" Leo memegang tanganku dan membantuku berdiri.
Aku pun segera beranjak bangun. Kulihat mata Leo tampak menggerayangi lekuk tubuhku. Dia lalu berjalan berputar-putar mengelilingiku. Aku pun mulai risau melihat gelagat anak ini.
"Udah ah Leo! Jangan muter-muterin Miss terus dong… Kepala Miss pusing tau… Leo mau apa sih?" tanyaku tidak sabaran.
"Miss… Leo tuh penasaran deh…" ungkap Leo yang akhirnya mulai berbicara lagi.
"Kenapa?" aku menanggapinya malas-malasan.
"Miss itu cewek kan?" tanyanya.
" Ya iya dong… Eday banget nanyanya… Emangnya belum yakin?" jawabku seadanya.
"Kalau begitu… Emm… Miss punya memek juga doong?" balas Leo yang tentu saja membuat jantungku berdetak kencang.
"What!? Kok Leo ngomongnya kurang ajar gitu sih!?" bentakku karena berpikir kalau yang dikatakannya tadi sudah mulai keterlaluan.
"Leo penasaran nih... M-memek Miss mirip nggak ya dengan memek cewek-cewek yang sering Leo liat di film bokep?" sambungnya yang kali ini dengan wajah yang terlihat tegang.

Oh, astaga! Kali ini aku benar-benar marah mendengar perkataan Leo barusan. Ucapan anak ini sudah benar-benar melampaui batas. Bagaimana bisa dia menanyakan hal seperti tadi di depan seorang wanita yang merupakan gurunya sendiri?

"Plaaaak…!!" tanpa sadar aku menampar pipi kiri Leo hingga anak itu terjatuh ke lantai.
Leo pun merintih kesakitan sambil memegang pipinya yang memerah akibat tamparanku.

"Aduuuh… S-sakiiiit Miss... Aduuuuh…" rintihnya pelan.

Ya ampun! Apa yang telah aku lakukan? Sesaat aku tersadar, namun sudah terlambat. Tamparanku sudah terlanjur mendarat di pipi Leo. Melihat Leo yang terjatuh, aku pun menjadi semakin panik. Segera kuhampiri Leo yang masih merintih di lantai.

"Leo…! Leo…!! Kamu nggak apa-apa kan? Maaf ya… Miss nggak sengaja… Abisnya Leo sih..." tanyaku cemas.
Aku berusaha menggenggam tangan Leo, namun ia segera menepis tanganku.
"Pergi sana! Leo akan laporkan Miss ke Mami!! Biar nanti Miss dilaporin ke polisi atau komisi perlindungan anak...!" teriaknya.
"Leo... Miss minta maaf ya? Miss bener-bener nggak sengaja..." aku benar-benar panik mendengar ancaman Leo, yang sangat mungkin menjadi kenyataan mengingat keluarganya yang kaya.
"Bodo…!! Pokoknya nggak mau! Pergi sana!! Tunggu aja sampai Mami pulang… Miss pasti Leo laporin!" ancam Leo sekali lagi.
Leo pun segera beranjak hendak keluar dari kamarnya.

Saat ini aku benar-benar putus asa dan kebingungan. Pikiranku mulai buntu dan tanpa pikir panjang lagi, kutarik tangan Leo untuk mencegahnya keluar kamar.

"Tunggu Leo…! Miss akan nurutin permintaan Leo… Apapun itu… Tapi tolong jangan laporin Miss ke Mami kamu ya…" bujukku pada Leo.
Langkah kaki Leo terhenti lalu melirik ke arahku sambil memicingkan matanya yang sudah sipit.
"Beneran nih? Miss nggak bohong kan?" tanyanya masih tidak percaya.
"Iya beneran… Miss janji kok… Tapi cuma sekali ini aja ya!" jawabku putus asa.
"Oke deh kalo gitu… Leo mau liat memek Miss Gyna sekarang…!" perintahnya padaku dengan nada tinggi.
"Tapi cuma lihat aja ya! Jangan macem-macem lagi!" pintaku yang sudah terlanjur berjanji.
"Iya baweeel..." jawab Leo menyanggupi.

Aku lalu berdiri di depan Leo, perlahan-lahan kunaikkan rok hitamku di hadapan anak ini hingga akhirnya rokku mencapai pinggul. Tentu saja paha dan celana dalam warna putihku langsung tampak dengan jelas.
Leo terlihat takjub seolah sedang bermimpi saat menyadari bahwa hanya tinggal celana dalamku yang masih menutupi vaginaku.

"Tunggu ya Miss! Jangan gerak dulu …" ujar Leo mendadak.



Aku pun tidak punya pilihan lain selain memamerkan celana dalamku di hadapan Leo lebih lama lagi.

Perasaanku campur aduk saat melihat mata Leo yang tampak berbinar-binar melihat celana dalamku. Aku pun bisa mendengarnya menelan ludah. Pasti ini pengalaman pertamanya melihat hal seperti ini dengan langsung, bukan melalui film porno.
Dia tampak gugup sekaligus senang melihat celana dalamku. Sementara jantungku berdegup kencang sekali saat mengingat seorang anak kecil sedang mengamati celana dalamku dengan seksama. Wajahku sekarang pasti sudah lebih merah dari buah tomat yang matang karena malu. Leo menoleh sejenak ke belakang sambil menghela nafas. Kurasa ia juga sangat gugup karena dari tadi mengamati celana dalamku tepat di depan wajahnya.
Tapi dia segera kembali menoleh melihat celana dalamku dan kali ini kulihat sorot matanya yang secara khusus mengamati bayangan vaginaku dibalik celana dalamku. Sorot matanya yang mengamati dengan seksama memberiku sensasi yang aneh. Belum pernah kulihat sorot matanya seserius itu.
Semakin lama, kepalanya semakin maju hingga memasuki rokku dan tampaknya ia benar-benar menikmati saat mengamati celana dalamku. Aku dapat merasakan dengan sangat jelas detak jantungku yang berdegup semakin kencang. Aku merasa bingung mengapa jantungku bisa berdetak sekencang itu hanya karena Leo sedang mengamati celana dalamku?
"Seandainya saja aku nggak menamparnya tadi…" sesalku dalam hati.

"Leo… Udah yaaa... Miss sudah capek nih..." bujukku pada Leo.
"Belum Miss… Miss masih belum menepati janji Miss…" protesnya padaku.
"Apa lagi sih Leo!?" kini aku mulai kehilangan kesabaran.
"Kan aku mau ngeliat memek Miss… Bukannya tadi Miss janji bakal nurutin keinginan Leo? Ayo dong buka celana dalamnya Miss!" pintanya padaku.
"Tapi... Tadi..." aku berusaha mencari alasan untuk menolak permintaan Leo, namun pikiranku sudah tidak karuan.

Memang benar tadi Leo sempat berkata bahwa dia ingin melihat kewanitaanku. Tapi bagaimanapun, aku merasa sangat keberatan kalau seorang anak kecil melihat vaginaku.

"Ayo, Miss! Kalau tidak aku akan melaporkan Miss ke Mami loh!!" ancamnya sekali lagi.
Aku sadar, Aku yang sudah berjanji dan takut dilaporkan ke ibunya tidak mungkin meloloskan diri dari permintaan Leo.
"Ya udah deh… Tapi cuma sebentar saja ya!" gerutuku.

"Yihaaaa!!" serunya dengan riang setelah mendapat izin dariku.
Leo kemudian menutup pintu kamar kemudian menguncinya karena takut apabila ibu ataupun pembantunya tiba-tiba masuk.

Tanpa menunggu lebih lama, Leo segera menurunkan rok yang aku kenakan melalui kedua sisinya, kemudian menurunkan celana dalamku hingga semuanya tergulung di pahaku. Sekarang bagian bawah tubuhku hanya tinggal mengenakan stocking hitam saja. Tentu saja kewanitaanku kini terpampang jelas dihadapan Leo yang memperhatikan dengan seksama bagian tersebut.
Pikiran dalam hatiku berkecamuk. Apa yang sebenarnya kulakukan? Bukankah Tante Diana membayarku untuk mengajar les privat anaknya? Namun kenyataannya sekarang anak itu kini sedang sibuk mengamati vaginaku. Kalau saja Tante Diana mengetahui hal ini, aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya padaku. Paling tidak aku cukup beruntung karena Tante Diana tidak berada di rumah saat ini, jadi aku tidak perlu khawatir akan kepergok olehnya.


"Waah, beda sekali dengan memek cewek-cewek di film porno. Memek Miss bersih terawat banget ya! Nggak ada rambut-rambutnya! Padahal udah punya anak…" puji Leo padaku.

Tentu saja, karena aku paling menjaga dan merawat daerah kewanitaanku sebaik mungkin. Aku selalu teratur membersihkan vaginaku dan mencukur rambut kemaluanku. Mana mungkin vaginaku disamakan dengan vagina para perempuan di video porno yang pasti tidak dirawat dengan teratur.

"Hei… Leo udah cukup ya…" pintaku pada Leo.
"Sebentar lagi, ya. Miss!"

Gratis Nonton Online! - Ya ampuun! Aku benar-benar terjebak! Memamerkan kewanitaanku di depan anak SMP sudah lebih dari cukup untuk membuatku malu seumur hidup! Aku tidak berani membayangkan kalau ada orang yang menyaksikan hal ini. Badanku terasa panas dan keringatku mulai mengucur deras hanya karena kewanitaanku diamati oleh Leo.
Apalagi mengingat kalau aku seharusnya mengajarinya dalam pelajaran, bukan malah memberinya tontonan yang tidak pantas seperti ini.

"Waah... kok memek Miss makin lama makin basah sih!?" tanya Leo tiba-tiba.
"Ah... Nggak kok… Keringetan aja kali…" mendadak aku tersadar dari lamunanku, saat itulah aku baru menyadari kalau jari telunjuk Leo sudah menyentuh bibir vaginaku.
Ujung jari Leo sudah mulai masuk sedikit ke dalam liang vaginaku dan mulai menggosok-gosok bibir vaginaku yang sudah basah karena luapan cairan cintaku tanpa sadar.
"Aaaah…!!! Hei…!! Hentikan Leo…!!!" aku benar-benar panik melihat jari Leo di vaginaku itu.
Aku takut kalau Leo semakin berbuat jauh. Namun tetap saja Leo tidak mau berhenti.
"Leo! Udah cukup…! Hei…!! Bukannya kamu janji mau ngeliat doang!?" protesku pada Leo.
"Aargh! Miss berisik banget sih! Udah diem aja deh! Kalau nggak Leo tusukin nih jari ke memek Miss dalem-dalem…" Leo balas membentak kepadaku.

Aku benar-benar takut. Leo memang memegang kendali saat ini, apalagi dengan jarinya yang masih sibuk memainkan bibir vaginaku, mudah saja baginya untuk memasukkan jari-jarinya. Aku berpikir daripada aku disetubuhi oleh jari-jari Leo, mungkin lebih baik kalau aku menuruti kemauannya.

Aku kembali memohon, namun Leo tidak menghiraukanku. Dia malah menggosok-gosokkan jarinya di sela vaginaku dengan pelan. Saat itulah aku tersentak sesaat merasakan kenikmatan gosokan jari Leo di vaginaku. Jujur saja, ini merupakan pengalaman pertama bagiku merasakan kenikmatan seperti itu karena aku sudah lama tidak melakukan hal ini dengan suami, pacar atau siapapun.
Aku pun merasa tenagaku untuk memberontak lenyap seketika.

"Ah... Oohh... Aaakh..." tanpa sadar aku mendesah nikmat karena gesekan jari Leo.
"Kenapa Miss!? Keenakan ya? Hahaha…" tanya Leo padaku dengan wajah mesumnya.
"Aahh... hentikan... Leo... jangan... Aauuch..." suaraku sudah mulai bercampur dengan lenguhanku.
"Loh, kok Miss mau berhenti? Bukannya rasanya enak Miss?" balasnya setengah mengejek.
"Eegh... I-itu... Itu..." tanpa sadar aku berpegangan di pundak Leo karena takut terjatuh.

Leo terus mengamati wajahku untuk melihat reaksiku, aku berusaha untuk tidak menatap wajahnya, walaupun sesekali dapat kulihat dia tersenyum dengan reaksiku. Badanku terasa limbung ke belakang, tempat meja belajar Leo berada. Aku pun kemudian melepaskan peganganku dari pundak Leo dan menyandarkan punggung di meja belajar itu.

"Nah, kita mulai sekarang ya, Miss?" ujarnya padaku dan ia mulai mempercepat gosokannya di bibir dan celah-celah vaginaku.

Aku pun tidak lagi berusaha menolak. Lagipula, aku tidak ingin Leo menghentikan aktivitasnya saat ini, aku sudah terlanjur dikuasai kenikmatan yang melanda tubuhku.

"Ouchhh... Aaahh... Aaahhh..." desahku menahan kenikmatan di vaginaku, akal sehatku sudah lenyap dan aku sepenuhnya dikuasai oleh kenikmatan di kewanitaanku.
Entah mengapa, fakta bahwa yang mengocok vaginaku adalah muridku sendiri yang masih SMP malah membuatku semakin bernafsu.
"Aduuh... Aah... Aaaaw... Aaaaww...!!" rintihan-rintihan kenikmatan keluar dari mulutku setelah 3 menit berlalu sejak bibir kewanitaanku dilayani oleh jari-jari Leo.

Aku pun sudah tidak tahan lagi, aku merasa akan segera mencapai orgasmeku untuk pertama kalinya. Namun, tiba-tiba terdengar suara decitan mobil di halaman rumah. Tante Diana telah pulang! Dengan tergesa-gesa aku dan Leo segera menghentikan aktifitas kami, dan aku segera merapikan celana dalam dan rokku kembali.

Yang Harus Diperhatikan Saat Berumur 20-an! - Kami lalu bergegas kembali ke meja belajar untuk memulai les. Walaupun aku merasa agak kecewa karena nyaris saja mencapai orgasme, namun aku tetap berusaha konsentrasi mengajari Leo. Setelah 2 jam berlalu, akhirnya aku pun selesai mengajar Leo hari itu.

Sebelum pulang, Leo sempat meminjam Handphoneku. Alasannya, dia mau mengirimkan lagu-lagu baru untukku, aku pun hanya mengiyakan saja permintaan Leo itu. Setelah Leo mengembalikan Handphoneku, aku pun segera pamit kepada Tante Diana dan kemudian pulang ke tempat kosku. Aku berharap semua kejadian hari ini hanyalah mimpi buruk semata.

Sekitar tengah malam, aku pun terbangun dalam keadaan pusing. Walaupun aku sudah mencoba tidur kembali karena harus berangkat mengantar anakku sekolah pagi-pagi kemudian pergi mengajar. Namun di kepalaku selalu terbayang kejadian tadi sore di rumah Leo. Akibatnya, bisa ditebak, aku benar-benar merasa lelah. Aku pun coba melihat-lihat HP dan teringat akan lagu yang diberikan Leo padaku.

Tetapi anehnya aku tidak menemukan satupun musik baru di handphoneku, malahan lagu-lagu koleksiku banyak yang terhapus. Penasaran, aku pun memeriksa seluruh isi handphoneku. Sekarang, di bagian video, malah ada sebuah video yang berukuran ekstra besar. Penasaran dengan video di handphoneku, aku pun mulai memutar video itu. Astaga! Aku benar-benar terkejut setengah mati saat melihat diriku yang sedang memamerkan celana dalam di hadapan Leo terekam di video itu dan bagaimana Leo memainkan jari-jarinya di vaginaku juga terlihat dengan sangat jelas dari arah samping.

Saat itulah aku baru ingat bahwa saat aku memamerkan selangkanganku, sebuah handycam milik Leo tergeletak di ranjangnya yang ada di samping meja belajarnya. Berarti, Leo secara diam-diam berhasil merekam adegan mesumku! Tidak terbayang bagaimana perasaanku saat itu. Rasa letih yang menyerangku kini ditambah dengan perasaan cemas dan takut kalau video itu disebarluaskan, apalagi wajahku tampak jelas di video itu.

Aku bingung, apa yang harus kulakukan? Bagaimana apabila video itu sudah disebarluaskan? Parahnya lagi, aku pasti akan dipenjara karena berbuat mesum dengan anak di bawah umur. Bagaimana nasib anakku nanti? Bayangan-bayangan itu terus berkecamuk didalam pikiranku selama seharian penuh sehingga aku mengajar dengan pikiran yang terpecah.
Sekitar jam 2 siang, aku mendapat BBM dari Leo yang menyuruhku untuk mampir ke rumahnya seusai mengajar di tempatku sekarang, tentu saja dengan ancaman yang sama apabila aku tidak menepatinya. Maka sore harinya aku kembali berangkat menuju rumahnya.

Saat aku datang, yang membukakan pintu gerbang adalah pembantu Tante Diana, sedangkan Tante Diana sendiri masih belum pulang karena harus bekerja hingga malam. Aku pun segera menemui Leo untuk menyelesaikan masalah ini.

"Halo, Miss Gyna... Gimana? Lagunya bagus nggak? Hehehe…" tanyanya dengan nada mengejek.
"Leo, kenapa kamu sejahat itu dengan Miss!? Buat apa kamu merekam video beginian sih!? Belum cukup kamu mempermainkan Miss kemarin!?" jawabku dengan perasaan kesal bercampur cemas.
"Waah, kenapa Leo dibilang mempermainkan Miss? Bukannya kemarin Miss terlihat nyaman saat aku layani?" Mata Leo tampak semakin merendahkanku.
"Udah deh! Mana videonya? Cepat kasih ke Miss!!" perintahku.
"Tenang saja Miss, videonya udah Leo simpan dengan baik kok… Jadi Miss tenang aja!" jawabnya dengan kurang ajar.

Aku mengepalkan tanganku, menahan berbagai macam emosi yang bergejolak di dalam hatiku. Nyaris aku kembali menampar Leo karena rasa kesal dan cemas yang semakin kuat mencengkeram diriku, namun aku masih berusaha mengendalikan diri.
Aku sadar aku tidak bisa mengambil jalan kekerasan untuk menghadapi Leo, karena malah akan membuat masalahku tambah rumit.

"Oh iya, Leo juga belum memperlihatkan videonya ke orang lain. Waah, sayang sekali ya Miss? Padahal videonya bagus kan?" lanjutnya.



Mendengar pernyataan Leo itu, aku merasa melihat secercah cahaya dan harapanku sedikit pulih. Namun masih saja aku merasa tegang dan cemas. Aku pun berusaha membujuk Leo untuk menyerahkan video itu padaku.

"Leo, Miss mohon... Kasih video itu ke Miss ya? Pleaseee… " aku memohon meminta belas kasihan pada Leo.
"Hmm... kalau begitu, Miss harus mau menuruti perintahku lagi, Leo janji deh akan kasih videonya ke Miss..." jawab Leo yang kelihatannya akan semakin memanfaatkan keadaanku yang seperti ini."
Tapi Miss mohon ya Leo... Jangan kayak kemarin lagi..." air mataku hampir mengucur saat mendengar syarat yang diajukan Leo.
"Miss mau nurut apa nggak!? Kalau nggak ya udah! Miss bisa ngeliat videonya di internet besok pagi..." ketusnya tanpa menghiraukan perasaanku.

Aku pun tidak punya pilihan lain, selain menuruti kemauan Leo. Tampaknya percuma saja aku berusaha meminta belas kasihan anak ini. Yang ada di pikirannya saat ini pasti hanyalah keinginan untuk mempermainkan diriku sekali lagi. Terpaksa aku harus melayani permintaannya lagi agar video itu kudapatkan.

"Baiklah, Miss ngerti... Miss akan menuruti perintah Leo… Tapi kamu janji bakalan ngasih video itu ke Miss ya…" jawabku memberi persetujuan.
"Deal Miss…!!" Kali ini Leo tampak girang sekali saat mendengar kalimat persetujuanku itu.
"Nah, sekarang apa yang kamu mau?" tanyaku tidak sabaran.
"Tunggu sebentar dong Miss... Napsu amat sih? Kalo sekarang pasti cuma sebentar karena Mami sebentar lagi pulang…" Jawabnya beralasan.
"Terus kamu maunya kapan?" tanyaku lagi.
"Nah kebetulan besok Mami berangkat ke luar negeri, soalnya Mami mau nyusul Papi…" jelasnya.
"Terus kenapa emangnya?" aku semakin dibuat penasaran.
"Jadi di rumah tinggal ada si Mbak sama Leo doang… Nah kita bisa seneng-seneng setiap hari tanpa kuatir deh Miss…" jawabnya yang semakin membuat dirinya tersenyum penuh kemenangan.
"Emangnya sampai kapan Tante Diana ada di luar negeri? Lagipula Miss kan harus ngajar di tempat lain, jadi nggak mungkin bisa tiap hari juga…" tanyaku kembali.
"Yaah… Palingan sekitar 2 minggu… Miss kan bisa bolos atau abis pulang ngajar juga nggak apa-apa kok…" jawabnya tanpa rasa bersalah.
"Tapi apa Tante Diana akan ijinin Miss buat ngajar selama dia nggak ada disini?" aku lanjut bertanya.
"Tenang aja, Miss! Biar nanti Leo yang bicara dengan Mami… Sekalian nanti Leo minta naikin gaji Miss karena setiap hari ngajar Leo…" ujarnya meyakinkanku.

Aku menghela nafas sejenak sambil berpikir menimbang-nimbang permintaan Leo. Lagipula aku akan lebih bisa mengawasi Leo untuk belajar menghadapi ujiannya yang kian mendekat. Dengan begitu pula aku juga bisa lebih cepat mendapatkan video rekaman tersebut. Sebenarnya yang perlu kulakukan hanyalah memastikan kalau Leo tidak mengerjaiku lebih parah dari kemarin.

"Oke… Miss setuju… Tapi kamu juga harus janji bakalan belajar yang rajin selama Miss ngajar di sini…" balasku sambil memberinya penawaran.
"Yah elah Miss…! Asal Miss tau aja, Leo mah nggak perlu les segala juga udah pasti lulus…" jawabnya dengan wajah sombong.
Kami lalu segera beranjak ke kamar Leo dan aku pun mulai mengajarinya. Tidak lama kemudian aku mendengar suara Tante Diana di lantai bawah.
"Nah... Tuh si Mami udah pulang! Miss tunggu sebentar ya! Aku mau ngomong dulu sama Mami!" dengan semangat penuh Leo pamit kepadaku.

Leo segera beranjak dari kursi lalu keluar dari kamarnya. Sayup-sayup kudengar suara percakapan Leo dengan Tante Diana, namun aku tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan. Sambil menunggu Leo, aku mempersiapkan soal-soal latihan yang akan kuberikan untuknya nanti. Sekitar 15 menit kemudian, Leo kembali ke kamarnya bersama Tante Diana.

"Halo, Miss… Barusan si Leo minta saya untuk kasih izin Miss mengajar Leo setiap hari selama saya tidak di rumah…" katanya.

"Eh? I-iya, Tante Diana! Leo memberitahu saya kalau ia ingin mendapat les tambahan dari saya selama Tante Diana tidak dirumah... Katanya buat persiapan ujian nanti..." ujarku dengan agak gugup.

Bersambung..


No comments:

Post a Comment

Mencoba Sex Dengan Singa

Namaku Sisilia, panggilanku Lia namun banyak juga yang menyapaku Sisilia. Kuingin cerita seks soal pengalaman seks dewasaku yang belom t...